Phobia

149 29 0
                                    

Seminggu rasanya begitu cepat, kini aku sedang duduk tak nyaman sambil memandangi kak Sam yang hilir mudik memasukkan barang barang ke dalam rumah baru kami.

Aku sudah bergerak membantu namun laki laki itu melarangku dan menyuruhku duduk dengan tenang saja, hatinya sangat baik.

"Na? Jangan ngelamun." Aku yang tengah asik diam sambil menatap ubin jadi terkejut, dia berdiri tepat di hadapanku sambil menenteng meja kecil.

"Mikirin apa? Kan udah di bilang jangan suka ngelamun." Aku tersenyum canggung, lalu mengangguk pelan.

Dia kembali melanjutkan aktifitasnya, dan aku kembali diam mengamati rumah bergaya software itu seksama, interiornya benar benar seperti di sebuah castel, mewah sekali untuk rumah berlantai dua ini.

Sebenarnya yang membuat kesan mewah adalah corak cat dan ornamen ornamen seperti hiasan dinding yang berwarna emas, putih, dan biru tua membuatnya memukau.

"Ayo masuk?" Aku mendongak, menoleh ke belakang. Kak Sam menaik nurunkan alis tebalnya sambil bersidekap dada.

Aku bangkit lantas berjalan masuk, dalam rumah ini terlihat simpel dan nyaman sekali! Aku suka tempat yang menyenangkan ini.

"Bagus? Harusnya bagus, yang milih bang Qian, arsitek dadakan di rumah. Selera rumah dia keren keren." Aku mengangguk mengerti lalu kembali berjalan ke ruang tengah yang di sekat dengan sebuah lemari hias kayu mewah.

"Di sini lo sendiri kalo gue kuliah, jadi gue beliin lo kucing. Sesuai janji gue waktu kita abis nikah." Kaki ku berhenti, menoleh ke arahnya.

"Kucing?" Dia mengangguk antusias.

"Warna abu-abu." Aku mengerjapkan mata takjub, pasti lucu!

"Suka gak?" Aku mengangguk semangat.

Dia nampak tertawa pelan sambil menggaruk atas bibirnya, sepertinya laki laki itu canggung.

"Ya udah, lo istirahat dulu aja. Gak usah kecapekan dulu, nanti lo kenapa kenapa." Aku mengangguk pelan lalu duduk di sofa putih gading di dekatku.

Kak Sam menyalakan televisi, lalu mengacak rambutku pelan, membuat jantungku hampir lepas! Bukan karena aku jatuh cinta, tapi aku kembali takut padanya.

"Ya udah, gue mau pergi sebentar, abis ini gue balik. Janji gak lebih dari satu jam." Aku menatap manik legam itu bingung, memangnya dia tidak capek?

"K-kak Sam gak capek emangnya? Tadi abis angkat barang banyak loh?"

Dia terkekeh, "sebentar, janji. Cuma mau ajakin anak anak ke sini, rumahnya sepi banget."

"Kenapa gak di telfon aja?" Tidak salahkan aku memberi ide itu?

Dia nampak memasang wajah pias, wajahnya nampak bingung membuatku mengerutkan kening.

"Hp gue ke reset! Ya, tadi gak sengaja ke reset, jadi nomer pada ilang. Satu jam kurang gue udah sampe pasti, abis gue pergi ada pesanan makanan dateng lo langsung makan aja, itu gue yang beli tadi."

Aku mengerutkan alis, "beli? Oh, sebelum hp kakak ke reset?" Dia mematung pelan lalu tertawa kecil dan mengiyakan.

"Ya udah, gue pergi nanti gue balik." Aku mengangguk, dia menyodorkan tangannya membuatku mundur perlahan.

Kak Sam menarik tangannya lagi lalu menjadikan tangannya itu untuk menggaruk tenguk.

"Hati hati di rumah. Dah!"

Aku menatap pungung lebar itu yang mulai jauh lalu tersenyum kecil, "padahal sebelum kakak suruh aku masuk, kakak telfonan sama seseorang."

--

Laki laki itu berjalan mundur keluar dari halaman rumahnya, cepat cepat ia menggeser gerbang yang setinggi dagunya lalu beranjak memasuki mobil.

Laki laki itu menghela nafasnya pelan, matanya mengitari jalanan yang sepi, ini padahal masih siang hari.

Tubuhnya lumayan lelah, dan ia butuh gadisnya untuk meredakan rasa lelah itu.

Samudra nampak lesu, air muka nya sedikit tidak bersemangat itu sangat menyebalkan, tak begitu jauh dari perkomplekan ada sebuah cafe nongkrong yang terlihat trendi, Sam menghentikan mobilnya di sana, lalu memasuki tempat nongkrong itu dengan secarik senyum cerah.

Matanya menggulir, melihat objek yang ia cari tengah menatap serius pada buku di tangannya, Sam terkekeh pelan lalu cepat cepat menghampiri gadis itu.

"Dorr!" Naura memejamkan matanya, lalu menatap wajah Sam yang berada beberapa centi di depannya.

"Algi ih! Kaget." Ujarnya kesal, Sam terkekeh lalu mengacak surai coklat milik kekasihnya itu.

"Dari tadi? Aku kelamaan ya?" Naura nampak menggeleng atas pertanyaan Sam.

"Dari lima belas menit lalu, masih sebentar." Sam tersenyum cerah, ini yang ia suka dari Naura.

"Engga mau sesuatu Nau? Jalan gitu sama aku?" Tanya Sam, Naura nampak berpikir sejenak.

"Engga ah, buat besok aja." Sam mengerutkan dahi bingung.

"Kenapa besok? Sekarang'kan udah ketemu, sekarang lah." Naura menatap Sam tajam, hei apakah laki laki ini pura pura lupa?

"Kita besok anniv, kalo kamu lupa Al." Sam mengerjap, ah itu dia rupanya.

Sam nampak tertawa, "pasti inget lah."

Naura menghela nafasnya pelan, lalu menutup buku yang sedang ia baca, "kamu kenapa ngajakin ketemu mendadak gini?"

"Mau minta peluk." Ujar Sam dengan raut penuh kubangan masalah.

Naura menatap kekasihnya itu dengan alis berkerut meledek, "males, kamu belum ganti buku aku yang sobek ya."

Sam meringis pelan, laki laki itu meletakkan kepalanya di meja penuh putus asa, "Capek gue nih Nau." Naura malah tertawa sambil memainkan rambut laki laki itu.

"Capek kenapa? Sini peluk sini." Dengan semangat, Sam langsung menegakkan tubuhnya dan menerobos Naura dengan pelukkan dan beberapa kecupan di pipi gadis itu.

"Duh kangennya sama bayi panda satu ini." Terlalu manis untuk seorang laki laki yang sudah memiliki istri.

"Kenapa deh? Aneh kamu." Sam menggeleng di balik pelukkan Naura, gadis itu menghela nafasnya pelan.

"Sam?"

"Iya?"

"Mau sampe kapan?" Sam mengerutkan dahinya bingung, lalu melepas peluk itu dan menatap Naura.

"Hah? Apanya?" Naura menggeleng pelan, lalu tersenyum lebar.

"Aku mau pulang ya? Udah'kan kamu peluknya?" Sam memandang Naura aneh, gadis itu berkemas cepat dan siap beranjak pergi.

Sam menatap punggung mungil itu sampai hilang tertutup pintu masuk, pria itu menggigit bibirnya sejenak lalu beranjak mengejar Naura.

"Ra!" Ujarnya, membuat Naura yang akan memasuki mobil jadi urung.

"Kenapa?" Sam menghela nafasnya, lalu menggeleng.

"Kamu yang kenapa? Biasanya kamu paling suka sama aku, ini kenapa malah pergi duluan?" Gadis itu menunduk atas pertanyaan kekasihnya, membuat Sam menaikkan alis bingung.

"Hey, coba bilang." Ujar Sam sambil mengangkat dagu Naura pelan.

"Sebentar." Naura melepas tangan Sam, lalu membuka mobil dan mengambil sesuatu.

Sam menunggu Naura yang tengah mencari sesuatu, gadis itu berbalik menghadapnya sambil menunjukkan ponsel yang membuatnya terkejut.

"Kamu?" Sam gelagapan, laki laki itu menggigit bibir bawahnya sedikit lalu menjawab.

"Bukan." Sam berbohong, padahal sudah jelas itu gambar yang baru saja Naura ambil saat Sam tengah menurunkan barang barang di rumah barunya.

"Oh, mirip." Ujar Naura sambil tersenyum, Sam ikutan tersenyum membuat alis yang tadinya bertaut jadi kembali netral.

"Aku main ke rumah ya?" Ujar Naura, Sam kembali mematung laki laki itu menghela nafasnya perlahan.

"Aku, aku udah nikah Nau."

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang