Phobia

144 23 1
                                        

Sam berdiri di depan kantor polisi, kakinya sedikit berat untuk masuk karena teringat wajah bengkak Hana yang menangis semalaman tapi apa boleh buat, itu semua hal yang salah.

"Gue harus yakin!" Tegas Sam, laki laki itu menarik nafasnya sambil mengangguk pasti.

Kakinya melangkah masuk, menyusuri lorong hingga dirinya bertemu dengan beberapa meja yang berisi polisi berseragam tengah berkumpul entah untuk.

"Selamat siang Pak?" Ucap Sam, lima polisi itu menoleh menatap Sam dan salah satunya mendekat.

"Siap, selamat siang. Ada yang perlu kami bantu?" Tanya polisi itu, Sam mengangguk membuat polisi itu menggiring Sam untuk duduk di salah satu kursi.

"Saya ingin membuat laporan seputar pelecehan dan tindak pemerkosaan Pak." Polisi itu menatap Sam, lalu mengangguk dan mengetik segala hal yang Sam katakan.

"Laporan kamu sama seperti laporan satu jam yang lalu, dan sedang kami diskusikan." Ucapan polisi itu sukses membuat Sam melotot kecil.

"Sama? Siapa memangnya Pak yang mengajukan laporan itu?" Polisi itu menyuruh Sam menunggu sebentar, ia mencari nama si pelapor sebelum Sam.

"Balqia Sahana, perempuan, tujuh belas tahun." Sam langsung mematung, tadi dirinya harus pergi ke kampus dahulu untuk beberapa urusan di kampus, tapi ia tak menyangka jika Hana yang akan mengajukan laporan ini.

"Terima kasih Pak kalau begitu waktunya, saya permisi dulu."

"Tunggu, memangnya siapa dia?" Sam diam sejenak, lalu menjawab pasti.

"Istri saya sendiri Pak, permisi selamat siang." Sam bergegas pergi, ia mengendarai mobil lumayan kencang. Ia ingin cepat sampai rumah, ia tak tahu apa yang Hana pikirkan sekarang.

Sam menuruni mobil, berlari menuju rumah dan membuka pintu tinggi itu tak sabaran. Menerobos masuk dan meneriaki nama Hana.

"Na! Hana!" Teriaknya, tak ada sahutan sedikit pun membuat Sam membuka semua pintu yang ada di dalam rumah namun kosong.

Sam mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Hana namun tidak di angkat.

"Ni bocah kemana." Gumam Sam, laki laki itu langsung pergi lagi mencari dimana keberadaan sang istri.

Sam menuju ke rumah Saras, namun pintu rumah gadis itu tertutup rapat bahkan nampak sunyi sekali.

Laki laki itu mendekat, namun ia kaget dengan lantai keramik yang cukup kotor dengan jejak jejak kaki berlumpur dan seperti tidak di sapu.

"Saras?!" Panggilan kencang Sam tak dapat jawaban, laki laki itu mengintip ke arah jendela namun terhalang tirai.

"Saras? Buka pintu Ras." Sam masih saja tidak mendapat jawaban.

"Sam, mikir positif." Gumamnya pelan, ia mengambil telfonnya lalu menghubungi Qian.

"Bang? Ada Hana di rumah?" Pertanyaan Sam membuat Qian mengerutkan kening di sebrang sana.

"Hana? Lo nanya istri lo ke gue? Yakali, mana ada dia di sini." Sam langsung mematikan ponselnya, beralih menelfon Mama Hana.

"Halo Ma? Ada Hana di rumah?"

"Samu? Gak ada Nak, Hana kemana?" Sam langsung panik, ia menatap ke sembarang arah membuat Mama Hana di sana sedikit khawatir.

"Nanti Sam telfon lagi Ma." Sam menutup panggilannya sepihak lagi, lalu kembali pergi menyusuri jalanan.

Laki laki itu pergi ke sekolah, bertemu satpam yang saat itu ia temui dan untungnya. Hana katanya sedang berada di asrama.

Sam cepat cepat menuju lantai di mana asrama Saras dan Hana tinggal, ia masuk langsung membuat Hana yang tengah menggeledah kulkas untuk membersihkan isinya jadi terperanjat kaget.

"Astaga Hana, kamu kalo pergi bilang sayang." Sam langsung memeluk tubuh kecil Hana mengecupi semua wajah kecil istrinya.

"Jangan ngilang gitu ya? Aku kaget." Ucap Sam, Hana malah menampakkan wajah tak enak.

"Kak Sam pake parfum apa sih? Baunya gak enak, jauhan." Sam malah di usir pergi, Sam sedikit menatap heran pada Hana hingga perempuan itu mual untuk beberapa kali.

"Hana?" Sam menyusul Hana yang masih mual di wastafel, laki laki itu mengurut leher belakang Hana dengan pelan.

"Sakit? Mau ke dokter aja?" Tanya Sam, Hana menggeleng memilih memeluk tubuh Sam hingga membuat sang empu terkejut.

"Aku, aku ada sesuatu kak." Sam mengerutkan keningnya, menunduk menatap Hana bingung.

"Sesuatu apa?"

"Liat di balik mangkuk yang ke balik itu." Ucapan Hana sedikit berat, Sam menggulir matanya pada mangkuk yang terbalik masih memeluk Hana laki laki itu membalikkan mangkuk dan mengambil apa yang mangkuk itu tutupi.

Sam melotot, menahan senyumnya lalu memeluk Hana kencang, "sayang, astaga makasih."

Sebuah alat tes ke hamilan yang bergaris dua, Sam mengecupi kepala Hana penuh sayang mengusap bahu istri kecilnya semangat.

"Jangan kecapekan ya? Pulang aja yuk? Ini biar nanti aku sewa jasa tukang bersih bersih, atau nanti staff aja yang suruh bersihin." Ujar Sam, tapi Hana menggeleng.

"Gak mau kak." Sam terdiam sebentar, ia tiba tiba teringat kondisi rumah Saras.

"Kenapa diem gitu?" Hana melepaskan pelukkannya, nenatap pada Sam bingung.

"Saras, kamu sama Saras?" Hana langsung menegang, menggeleng cepat sambil menampilkan wajah khawatir.

"Enggak, Saras kemana? Saras kenapa kak?" Sam menggeleng pelan, memastikan Hana tidak memikirkan Saras.

"Pulang aja yuk? Udah sore banget." Ucapan Sam membuat Hana tak puas.

"Saras kenapa kak? Ayo ke rumah Saras dulu."

"Gak Na, kita pulang aja."

"Gak! Ke rumah Saras!" Sam menarik nafasnya tak nyaman.

"Pulang dulu ya? Sebentar aja pulang. Kamu gak boleh capek capek." Hana menghela nafasnya memilih kalah agar ia bisa cepat tahu ada apa dengan sahabat perempuannya.

Keduanya memilih pulang, di sepanjang jalan Sam selalu saja tertawa kecil sambil mengelus perut rata Hana, laki laki itu nampak bahagia sekali.

Mereka sampai di rumah, namun pandangannya terarah pada Qian yang  berdiri gelisah di depan rumah.

Sam langsung menghampiri sang Kakak lalu menatap laki laki itu penuh tanya.

"Kenapa Bang?" Tanya Sam bingung, Hana menatap Qian dalam bingung kenapa Kakak ipar laki lakinya itu menampakkan wajah cemas.

"Tadi ada yang telfon gue, setelah lo telfon. Dia bilang, kalo Saras sama dia. Suaranya cewek cuma sedikit berat, gue gak tau dia siapa tapi gue denger suara Saras lagi nangis. Sam demi apapun, gue takut Saras kenapa kenapa." Ujar Qian, Sam langsung menegang. Laki laki itu mengambil ponselnya lalu menghubungi polisi untungnya tadi saat menyampaikan laporannya ia sempat meminta nomer polisi itu.

"Selamat sore Pak, saya Samudra."

"Iya Pak, korban yang saya ceritakan tadi di culik Pak, tolong Pak."

"Baik terima kasih Pak."

"Bang, ayo ke kantor polisi." Sam menoleh pada Hana yang memasang wajah khawatir, laki laki itu menyerahkan kunci mobilnya pada Hana.

"Bisa bawanya?" Hana mengerjap mengangguk pelan.

"Pulang ke rumah aku, bawa mobilnya cepetan tapi hati hati, nanti kalo udah selesai dan Saras baik baik aja aku langsung temuin kamu."

"Tapi aku mau ikut kak."

"Gak Na, gak bisa." Hana memilih mengalah, ia memilih pergi duluan dengan mobil Sam.

"Gue ambil motor dulu, lo langsung ke kantor polisi pusat aja."

---

Bwhahaha, haiiiii semuaaaa. Eh iya btw cast Hana aku ganti, jadi Nancy MOMOLAND, vibs nya cuteee gitu ahahahha🥺❤️

Satu satu dulu, nanti bakalan kebuka semuaaa nyaaa.

Paling ada sedikit bumbu action nya🌻

Jangan lupa vote dan komen, aku tunggu~~

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang