Phobia

201 30 0
                                    

Song
You
;

Jam sudah menunjukan pukul dua malam, namun Hana masih bergelung gelung di balik selimut dengan mata terbuka lebar, gadis itu tak kunjung mengantuk.

Dirinya sudah di dalam kamar sejak Sam pergi lima jam lalu, pria itu belum juga kembali sepertinya, Hana menghela nafasnya gadis itu beranjak dan memilih menyetel televisi agar dirinya cepat mengantuk.

Gadis itu membuka pintu kamarnya perlahan, lalu berjalan ke arah kulkas mini di sudut ruangan dan mengambil satu kaleng soda, kakinya berjalan ke arah sofa duduk di sana lalu menyalakan televisi.

Matanya mengerjap lucu melihat acara yang tersedia di hadapannya, gadis itu larut dalam acara itu membuatnya tak terasa sudah beralih posisi menjadi terlentang di atas sofa.

"Huamm, ngantuk tapi males pindah." Ujarnya, matanya kian memberat, namun Hana usahakan tidak tertidur.

Hawa dingin dan sejuk malam yang di karenakan angin dari ventilasi itu membuat Hana tidak dapat menahan mata beratnya lagi.

Gadis itu meraih remote televisi lalu mematikannya dan langsung tertidur saja, terserahlah jika Sam pulang juga.

Sedangkan Sam, pria itu baru saja membuka gerbang kos, setiap anak kos di pegangi kunci gerbang memang, agar tidak bingung jika pulang malam.

Pria itu menyusuri lorong kos yang temaran karena hanya di terangi lampu LED berWatt rendah, pria itu memutar kunci pintu, lalu membuka pintu kamar kosnya dan langsung masuk.

Pria itu berjalan sambil menguap, saat dirinya akan menidurkan diri di sofa, matanya menangkap sosok gadis yang tengah tertidur lelap di sofa.

Sam memalingkan wajahnya, paha mulus Hana terlihat karena baju yang di kenakan gadis itu sedikit naik.

"Han, bangun dulu. Pindah ke kamar." Ujarnya, Hana bukannya bagun malah menarik lengan Sam, mau tak mau Sam duduk di pinggiran sofa sambil memandangi Hana.

"Saras, Hana takut, Hana mau sama Mamah." Gumam Hana dalam tidurnya, Sam memandang Hana lembut, tangannya menyibak rambut yang menutupi wajah Hana, mengelus pipi tirus itu dengan sayang.

"Jangan takut, lo lagi sama orang baik." Ujar Sam sambil terkekeh.

Sam sedikit menggeser Hana, lalu pria itu mengambil sedikit ruang untuk dirinya tidur, "selamat malam manis." Ujar Sam dan ikut memejamkan mata sambil memeluk Hana.

---

Gadis itu mengerjapkan matanya, hembusan udara yang ia rasakan di lehernya membuat dirinya bergidik sesaat.

Mata sayunya melihat siapa si tersangka, Hana sedikit menegang, tapi gadis itu berusaha agar tidak bangkit tiba tiba dan membuat pria itu terbangun dari tidurnya.

Hana menggerutu sebal, baru saja bangun tidur dirinya sudah di serang jantung yang berdetak kencang.

"Kak Sam kenapa di sini si, kan jadi kaget." Ujarnya parau, gadis itu melirik jam yang berada di atas televisi, masih jam lima subuh.

Gadis itu bangkit perlahan, memindahkan tangan Sam dari pinggangnya pelan pelan, saat sudah lepas Hana mengamati wajah bantal milik pria itu, lucu pikirnya, wajahnya tetap tampan walaupun tidur, alis tebal dan pipi tirusnya yang membuat rahangnya tercetak jelas itu membuat Hana makin gugup.

Gadis itu menggeleng, lalu berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan apa pun yang ia bisa, gadis itu mencuci wajahnya di wastafel, saat sedang asik mencuci, rambutnya di tarik kebelakang oleh seseorang, Hana yang kaget otomatis menoleh, ternyata Sam sedang menguap sambil memegangi rambutnya agar tidak basah.

"Lain kali di kucir, biar gak basah." Ujar pria itu, lalu melenggang pergi duduk di meja makan.

"K-kak Sam udah bangun?"

"Masih tidur." Hana meringis atas jawaban pria itu, pertanyaannya benar benar tak bermutu sepertinya.

"A-ada bahan masakan apa kak di sini?" Tanya Hana, Sam menoleh lalu menggeleng.

"Gak usah masak, di kulkas cuma ada mie instan sama cemilan, kalo mau makanan berat abis ini kita keluar." Ujar Sam, Hana menghela nafasnya.

Gadis itu duduk di kursi sebrang Sam, walaupun masih dengan takut yang kelihatan sekali berusaha di sembunyikan, Hana tetap saja mencoba duduk di sana.

"Jangan takut, kan gue udah pernah bilang. Gue suami lo, gue gak akan lukain lo." Hana mengangguk singkat, gadis itu menatap wajah kantuk Sam yang beberapa kali masih berusaha memejamkan matanya.

"Pulang jam berapa?" Pertanyaan dari Hana membuat mata Sam langsung terbuka lebar.

"Jam dua-an." Hana mengangguk, Sam melirik gadis yang tengah memainkan kukunya itu intens.

"Lo cantik." Ujar Sam, Hana langsung panik di tempatnya, kata kata itu, kata kata yang Sam ucapkan pada malam itu.

"Ka-kak Sam n-ngomong a-apa si." Sam tersenyum, ia tahu Hana takut, ia ingat pernah mengucapkan kalimat itu saat menikmati tubuh Hana, kalimat itu akan menjadi kata kata agar Hana lekas kembali normal.

"Iya, pada dasarnya cewek itu cantikkan? Kenapa lo tremor? Lo ada apa?" Hana menggeleng, gadis itu bergerak tak nyaman dalam duduknya.

"Rileks, lo harus kenal dunia luar biar cepet baikkan." Ujar Sam, pria itu menidurkan kepalanya ke meja, membuat Hana memandang laki laki itu bingung.

"Tolong, sepuluh menit lagi bangunin ya, masih ngantuk." Ujar Sam, Hana mengangguk dalam diamnya.

Gadis itu memandangi Sam yang membenamkan wajah pada lipatan tangan, Hana baru sadar rambut pria itu di cat warna abu abu tua, tampan dan kontras dengan kulit Sam yang putih.

Hana menunggu Sam hingga pria itu terbangun sendiri, namun sepertinya pria itu tidak benar benar tidur, padahal baru sebentar meletakan kepalanya di meja, pria itu tiba tiba bangkit dan meregangkan tubuhnya.

"Ayo jajan keluar, gue baru inget ini hari minggu, pasti banyak jajanan." Hana mengerjap, gadis itu menggaruk tenguknya canggung.

"H-hana b-belum ambil uang di ATM kak." Sam menghela nafasnya, pria itu tak menjawab ia memilih membasuh wajahnya di wastafel lalu melangkah pergi duluan.

Hana menatap Sam yang menjauh, pandangan gadis itu terarah pada kulkas bediameter sedang di depannya, sepertinya ia harus makan mie instan lagi.

Hana melangkah, membuka isi kulkas itu, dan benar saja banyak sekali camilan ringan, botol soda literan, botol susu literan, Hana menggeleng, gadis itu hendak meraih botol susu namun pergerakannya terhenti karena ucapan Sam.

"Ayo berangkat." Hana menoleh, gadis itu menatap Sam yang sudah memakai jaket denim coklat dan di tambah kaca mata, membuat Hana mengedipkan matanya gugup.

"Hei, ayo." Panggil Sam lagi.

"I-iya." Hana menutup kulkas, lalu beranjak menghampiri Sam.

"Pake, dingin." Ujar pria itu sambil menyodorkan cardigan berwarna coklat juga pada Hana.

Hana tersenyum, lalu memakai cardigan yang di berikan Sam, gadis itu melangkah keluar duluan membiarkan Sam mengambil kunci motor dan mengunci kamar kos.

Mereka berjalan beriringan menyusuri lorong kos yang lumayan panjang, beberapa penghuni sepertinya sudah bangun, ada beberapa suara pria bernyanyi dari dalam kamar.

Hana merapatkan tubuhnya pada Sam, gadis itu gemetar karena tiba tiba memorinya terlempar ke masa lalu, suara tawa pria pria yang ingin menodainya membuat Hana menghembuakan nafasnya tak beraturan.

Sam yang menyadari itu langsung menutup telinga Hana, pria itu memeluk Hana dari belakang sambil terus berjalan maju agar cepat jauh dari suara anak anak kos.

"Udah, di parkiran sepi." Ujar Sam saat keduanya sampai di parkiran.

Hana menoleh ke arah kamar kamar kos itu sambil meringis, susah sekali. Hanya karena suara pria beramai ramai dirinya sudah begini.

"Ayo pergi." Ajak Sam, mereka pergi menggunakan sepeda motor, entah kemana yang penting Hana membutuhkan udara segar karena hal barusan.

Androphobia( S1) Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang