Acara prom night di laksanakan di aula sekolah, seluruh siswa dan siswi angkatan 57 hadir dengan penampilan yang sangat berbeda. Malam ini mereka semua menggunakan baju kebaya khas Indonesia untuk perempuan dan baju batik untuk laki-laki. Mereka datang dengan pasangan masing-masing, angkatan di bawah di larang datang, kecuali jika memiliki pasangan/ pacar disana. Banyak dari mereka yang kecewa karna tidak bisa hadir di acara spesial seniornya tersebut.
Semua mata tertuju pada anggota Black Wolf yang menguntungkan corak batik yang sama, mereka terlihat berbeda dan sangat tampan dengan tampilan tersebut.
"Anjirt ini momen yang paling gue tunggu selama 12 tahun gue sekolah!" Ujar Daffa terpukau melihat secara keseluruhan keadaan di aula.
"Lebay Lo! Dulu waktu kelas 9 Lo kemana? Waktu kelas 6 Lo kemana? Ngetam di perempatan jalan?" Cibir Adnan dengan tega.
"Sembarangan lo! Itu mulut apa cabe rawit, pedes bener."
"Udah jam segini tapi Masi pada sepi, niat hadir ga sih?" Ujar Davie memperhatikan keadaan sekitar yang masih terasa sepi.
"Rame begini di bilang sepi? Buta mata lo!" Cibir Adnan lumayan pedes.
"Gue liat sejak kepergian Agam lo semua makin bawel aja, ketularan siapa?" Tanya Beno yang sedari tadi hanya diam karna menikmati segelas sirup yang ada di meja mereka.
"Lo gak tau aja Ben, si Daffa sekarang malah lebih bawel ketimbang emaknya, lebih rempong ke timbang emak si Davie dan lebih sensitif kayak Nara kalau PMS." Sahut Zahir yang baru datang dan langsung bertos ria dengan teman-temanya.
"Nyambar aja lo cabe keriting!"
Zahir hanya tertawa kemudian beralih duduk di sisi Beno yang memang sepi, Masi pukul 08.30 Masi sangat cepat untuk memulai sebuah acara yang hanya akan satu kali di rasakan dalam seumur hidup, anggota Black Wolf yang hadir tampak menikmati acara Prom Night yang khusus diadakan untuk mereka semua.
"BTW nih yaa, gue denger Nara bakalan pindah ya Hir? Emang kemana?" Tanya Adnan membuka obrolan kembali.
Zahir yang tadinya sibuk menonton beberapa penampilan band pun, tertarik untuk mengobrol dengan Adnan yang tampak kepo.
"Yoi, dia bakalan ikut kakek sama nenek, karna bokab sama nyokab harus pindah ke Sumatera." Ujar Zahir apa adanya.
"Ko bokab lo pindah ke Sumatera sih? Bukanya beberapa bulan lalu udah?"
"Itu cuman tugas sementara, kalau ini bakal menetap kayaknya, kan bokab orang sana." Jawab Zahir terdengar sedih, karena kalau seperti itu ia akan berpisah dengan orang tua serta Nara.
"Kenapa Nara juga harus pindah?"
Zahir menghela nafas, karna sebenarnya ia malas menjelaskan hal seperti ini, bukanya mau menutupi tentang keluarganya, hanya saja ia merasa malas untuk membicarakan hal yang berkaitan dengan ini semua.
"Kepo lu, kalau mau tau lebih lanjut tanya nyokab."
Adnan malah tertawa menjengkelkan, membuat Zahir semakin yakin jika sahabatnya ini sengaja memancingnya berbicara karna gabut atau sudah jengah duduk disana.
"Kebelakang yok, pait nih mulut gue."
Tuhkan Zahir tidak pernah salah dalam menilai sahabat laknatnya itu.
"Trus kalau pait mau kissing gitu?" Celetukan dari Beno membuat Adnan dan Zahir melotot kesal, bukan karna ucapanya yang frontal, tapi voleme suara Beno yang membuat beberapa dari orang yang ada di sekitar mereka menoleh.
"Itu mulut sekolah gak sih? Sini gue bayarin SPP nya." Balas Adnan sinis.
"Dih sok bayarin SPP mulut orang, utang Lo di warung engkong tuh bayar dulu, udah mau lulus juga." Cibir Beno lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tepat Waktu
Teen FictionNara Salsabila mencintai Beno Alby Asher dengan segenap hatinya. snamun yang dicintai belum tentu merasakan hal yang sama. manusia memiliki prioritasnya masing-masing, itulahyang selalu diyakini Nara dalam mencintai Beno, Nara tidak sadar jika keya...