11) Angin Gosip

1.2K 125 0
                                    

Senior yang nggak suka, semakin menukik tajam, tolong.😭

Aku merenggangkan tangan, menjatuhkan tubuh ke atas sofa empuk. Hari ini terasa melelahkan, bukan karena pekerjaan. Bukan, namun karena omongan miring yang beredar, entah darimana sumbernya.

Bisa - bisanya aku dikatai perempuan simpanan Mas Dana, siapa sih penyebar gosip itu?

Kepalaku menoleh ke belakang, ternyata Mbak Ciki yang berjalan mendekatiku.

" Aduh, adik ipar Mbak ini kenapa cemberut. Baru juga balik dari kantor." Dia berusaha menghiburku yang tengah badmood." Apa lagi di kantor? Dana ngulah terus ya?"

Kepalaku menggeleng." Nggak sih Mbak, Mas Dana ya gitu - gitu aja. Macam biasa, justru Karyawannya yang pada dengki ke aku."

" Dengki gimana?" Mbak Ciki menanggapi ucapanku dengan sabar.

" Tahu deh Mbak, bisa - bisanya aku digosipkan menjadi simpanan Mas Dana. Reputasiku kan jadi nggak baik." Keluhku kesal.

" Loh, kok bisa? Kamu dengar darimana?"

" Dari mulut mereka langsung Mbak." Jawabku menahan rasa kesal setengah mati.

" Udah cerita ke Dana?"

" Belum, tapi aku yakin banget. Mas Dana juga dengar berita itu, satu kantor udah gosipin aku dengan Mas Dan, selesai lah ini. Aku dicap terlibat skandal dengan bos tempat magang."

Mbak Ciki menepuk pundakku." Kan kenyataannya nggak begitu, tenang sajalah. Lagipula Dana itu bukan bos yang macam - macam, dia bahkan nggak punya pasangan apalagi perempuan simpanan. Kalau kamu dituduh begitu, mereka juga nggak ada bukti apa - apa."

" Nah, itu dia Mbak. Aku kemarin lupa cerita ke Mas Zeo dan Mbak. Kemarin aku balik larut, karena mampir ke rumah Mas Dana. Dia sakit, awalnya sih karena disuruh ngantar dokumen. Eh, tahunya dia lagi meriang. Jadi aku kasihan melihat Mas Dana lemas begitu, takut kenapa - napa, aku menahan diri cukup lama di rumahnya. Masak makanan untuk dia dan buatin wedang jahe. Rupanya ada yang melihat mobilku di sana Mbak, dan aku aku ketiduran di rumah itu. Pas mau balik, kata Mas Dana masih hujan di luar. Eh, tahunya kami sama - sama ketiduran di ruang tamu." Luahku tanpa aku tutupi sedikitpun.

Wajah Mbak Ciki tampak jelas menyiratkan rasa kaget sekaligus tidak percaya.

" Serius Na?"

Aku mengangguk." Dua rius malah Mbak, bahaya nggak sih?"

" Ya, bahaya lah. Gimana sih kamu. Itu Dana nggak ngomong something ke kamu?"

" Nggak," aku kembali menggeleng." Toh, nggak ada apa - apa yang terjadi, Mbak. Kami sama - sama ketiduran aja, itu juga beda sofa kok."

Mbak Ciki menghela napas lega." Mbak kira kalian tidur satu sofa, belum muhrim loh. Eh, kalau Dana jadi suamimu, mau nggak?"

Dengan cepat aku menggelengkan kepala." Nggak ah, nggak mau aku jadi istri Mas Dana. Kapok."

" Kenapa kapok?"

" Dia itu tipe orang yang perfeksionis Mbak, bisa kacau kalau aku jadi istrinya. Perang teruslah setiap hari." Kataku realistis," kami seperti dua jiwa yang dibatasi banyak perbedaan."

" Tapi Dana itu orangnya pengertian loh Na, Mbak kenal banget itu anak dari zaman kuliah."

" Ya terus kenapa kalau kenal? Nggak deh Mbak, aku nggak mau sama Mas Dana. Lagian kan Mas Zeo belum bolehin aku menikah." Aku tetap bersikukuh menolak perjodohan dari Mbak Ciki.

" Kata siapa Mas Zeo nggak bolehin kamu menikah? Kalau lelakinya penuh tanggung jawab, dia pasti kasih pintu kok. Daripada kamu galau terus dengan kekasih yang di sana, belum tentu dia memikirkanmu, Na."

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang