18) Cucian Baju

1.1K 117 0
                                    

Hari minggu, penghuni rumah utuh semua. Aku, Mas Zeo, Mas Dana dan Mbak Ciki ada semua. Sejak menikah, Mas Dana bolak - balik datang ke sini. Sebab aku belum mau diajak pindah.

" Dek, mana suamimu?" Mas Zeo bertanya padaku yang sedang sibuk di kamar mandi, mencuci baju di bak yang sudah berbusa.

" Nggak tau, mungkin masih tidur di atas." Jawabku seadanya, melongokkan kepala sedikit, melihat Mas Zeo dengan baju tidurnya, duduk di kursi sembari meneguk segelas susu hangat yang disajikan Mbak Ciki.

Dia tertawa pelan," rajin banget kamu Dek, pagi - pagi sudah cuci baju, pakai tangan lagi."

" Ya nih, setahuku, Mas Dana nggak mau baju kerjanya dicuci pakai mesin, takut berbulu. Lagian besok mau dipakai meeting, makanya harus cepat dicuci biar kering." Jawabku.

" Loh, Sayang. Mas nggak minta kamu cucikan baju Mas. Biar Mas saja, itu memang direndam dulu." Mas Dana menyahut, ternyata dia sudah bergabung bersama kami di dapur.

" Gapapa, aku juga tadi cuci baju sendiri sih, sekalian punya Mas." Aku menatap Mas Dana," ini baju kantor Mas kan? Aku cuci pakai tangan kok, tenang saja." Aku menunjukkan baju yang sedang aku kucek sampai lecek, tidak sih.

Kemeja putih, jas hitam dan celana dasar, serta dasi rancangan designer terkenal di kota ini.

" Biarlah Dan, dia lagi belajar jadi istri yang baik." Mas Zeo menggodaiku," lagipula weekend gini, biasanya dia nggak pernah bangun pagi. Rezeki dia jadi istrimu, jadi nggak malas - malasan lagi."

Aku berdecak kesal dan Mas Dana tertawa lepas, menghampiriku di kamar mandi.

" Ngapain ke sini?" Tanyaku sewot.

" Bantuin kamu, banyak juga ya cucian bajunya." Ujarnya padaku, berjongkok di hadapanku.

" Biar aku aja Mas, Sana, sama Mas Zeo aja." Usirku pada lelaki yang mengenakan kaos hitam dan celana pendek.

" Dengar itu Dan, sudahlah, duduk di sini sama aku." Mas Zeo menimpali percakapan kami, terkekeh mendapati sikapku yang enggan diganggu oleh Mas Dana.

" Ayo, Mas bantu bilas." Bukannya mengikuti perintahku, dia justru membantu pekerjaanku di kamar mandi.

Jadi, terlihatlah adegan pasangan pengantin baru yang sibuk di kamar mandi, disaksikan oleh Mas Zeo dari meja makan.

" Wah, ada yang romantis banget nih, sampai bantuin istrinya cuci baju." Mbak Ciki datang dengan tentengan kreset hitam, berisi sayur - sayuran.

Mas Dana tertawa mendengar sindiran Mbak Ciki." Iya nih, Ki. Kayaknya mesti aku bawa pindah ke rumah, kalau di sini jadi rada malu ya kan."

Keduanya tergelak.

" Ha ha, bawa aja Dan. Muna juga bisa jadi istri seutuhnya di sana, biar nggak malas - malasan kalau di rumah, dia juga bisa belajar." Ucap Mas Zeo, jari telunjuknya mengarah padaku.

" Eh, enak aja. Kapan ya, sosok Muna cantik ini pemalas?" Aku tidak terima mendengar jawaban Mas Zeo yang menyudutkan.

" Memang iya kok, sebelum Mas menikah. Kita tinggal berdua saja, setiap hari makan fast food terus, sampai bosan." Katanya terang - terangan.

" Salah Mas sendiri, aku tawari untuk dimasakkan, nggak mau. Kan Mas yang manjain aku, sekarang jadi membalikkan fakta. Aku juga sibuk organisasi di kampus loh Mas." Cucian telah selesai dibilas, lebih banyak Mas Dana yang kerja daripada aku.

" Gapapa lah Ze, lagian adikmu ini kan juga kuliah. Bukan di rumah terus, besok kalau Muna udah di rumah Mas, kita cari assisten rumah tangga saja, biar kamu nggak capek." Bela Mas Dana padaku, mengangkat keranjang berisi baju yang sudah dikeringkan dari dalam mesin cuci." Biar Mas sajalah Na yang jemur, kamu juga baru sembuh."

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang