41) Dekorasi Birthday

964 119 2
                                    

Aku dan Mas Dana memang tidak perang dingin, hanya saja aku membatasi berinteraksi dengannya karena rasa curigaku yang belum menemukan jawaban pasti. Sikap Mas Dana tetap biasa saja, tetap melayani dan memuliakanku sebagai seorang istri.

Pun pulangnya tidak larut malam lagi, seperti beberapa waktu lalu. Kini aku hanya menemukan handphone miliknya saja, tidak ada lagi benda pipih yang aku curigai. Entah disimpan di mana, atau memang tanpa sengaja dibawa oleh Mas Dana?

Aku belum berani bertanya, karena akhir - akhir ini kesibukan Mas Dana benar - benar menyita waktu untuk istirahat, namun tetap quality time bersamaku sebagai seorang suami ketika beristirahat malam. Kami belum memiliki waktu yang tepat untuk berbicara santai selayaknya pasangan suami - istri ketika waktu senggang.

Tadi dia baru saja keluar rumah bersama klien, handphonenya ditinggal di kamar. Hari ini aku menemukan satu foto yang cukup membingungkan, tersisa di galeri.

Foto dekorasi ulang tahun, diambil dua hari lalu.

Sebenarnya anak lelaki siapa yang Mas Dana sayangi saat ini? Anak panti Ibunya? Nggak mungkin, Mas Dana pasti akan cerita padaku kalau memang tertarik pada anak kecil di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya anak lelaki siapa yang Mas Dana sayangi saat ini? Anak panti Ibunya? Nggak mungkin, Mas Dana pasti akan cerita padaku kalau memang tertarik pada anak kecil di sana.

Dan aku pun tidak yakin, kalau Ibu bisa memanjakan satu anak panti dengan parfum seharga ratusan ribu. Ibu selalu menghindari kecemburuan anak yang ia asuh.

Mas Dana memiliki anak dari Mbak Syafa?

Betul?

Aku mulai berinisiatif sendiri, apa salahnya berkunjung ke sana dan mencari parfum yang dikenakan oleh anak Mbak Syafa, kalau ada salah satunya memiliki bau yang sama dengan tubuh  anak Mas Dana lalu, bisa menjadi jawaban kan?

Aku pun menelpon Mbak Syafa, menyampaikan tujuanku untuk bertandang.

Tentu dengan senang hati Mbak Syafa mengizinkanku, bahkan dia mempersilakan aku untuk datang ke rumahnya lebih dulu, sebab ia masih dinas di rumah sakit.

Kesempatan emas, iseng kutanya padanya, apakah anak - anak sedang di rumah. Mbak Syafa jawab, ada.Aku pun segera berkemas, memakai pakaian yang layak dan menyambar kunci mobil lalu menuju kediaman Mbak Syafa.

Karena Mas Dana meninggalkan handphonenya, aku tinggalkan surat saja, kuselipkan dekat handphonenya. Jika nanti dia pulang, maka dia akan membaca suratku.

Di pertengahan jalan, aku berhenti disalah satu supermarket, membeli buah tangan untuk anak - anak Mbak Syafa, yang mungkin ada anak Mas Dana juga. Itu artinya anak aku juga kan?

Huft, Tuhan..

Bantu aku menemukan jawaban atas kegelisahan hati ini.

Perjalanan tidak sampai menyita waktu, rumah berlantai tiga sudah aku temui. Sesuai dengan alamat yang dikirim Mbak Syafa tadi, sebelum aku berangkat dari rumah.

Tidak perlu kuragukan kalau aku salah alamat, kulihat anak - anak Mbak Syafa sedang bermain di halaman rumah. Tiga - tiganya, ada dua baby sitter untuk dua anak yang paling kecil.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang