36) Kuret

1.1K 131 2
                                    

Aku tidak tahu apa yang terjadi, mengapa ketika aku buka mata, justru aku sudah berada diruangan dengan bau obat - obatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, mengapa ketika aku buka mata, justru aku sudah berada diruangan dengan bau obat - obatan. Selang infus di tangan, dan Mas Dana tengah menanti di sisiku. Tatapannya begitu mengkhawatirkanku.

Ada Mas Zeo juga Mbak Ciki, mereka bersamaku. Seingatku kemarin, aku hanya melelapkan diri karena sudah larut malam, sudah waktunya untuk istirahat.

" Kenapa ini, Mas?" Tanyaku lemah, menatap Mas Dana.

" Kamu tidak sadarkan diri lagi, Na. Mas pulang dari kantor, kamu tergeletak di lantai. Mas sampai lemas mendapati keadaanmu begitu." Wajahnya terlihat begitu kelelahan.

" Masa sih?" Keningku berkerut.

Mas Zeo menimpali ucapanku." Kamu kenapa, Dek? Akhir - akhir ini, respon tubuhmu lemah banget. Lebih dari sekali, kamu pingsan begini."

" Karena hamil muda kali, Mas." Jawabku lirih.

" Maaf, Sayang. Mas minta maaf, tapi Mas harus ngomong ini ke kamu.Kata dokter, janin di rahim Sayang itu tidak ada perkembangan. Mereka menyarankan untuk melakukan kuret." Kata - kata Mas Dana bak petir di pagi hari, aku menatap Mas Dana tidak percaya.

" Iya, Na. Apa yang dikatakan Dana itu benar." Mbak Ciki memegang tanganku, mengenggam jemariku begitu kuat.

" Tapi kenapa nggak ada perkembangan, Mbak? Aku menjaga anakku dengan baik, memaksimalkan segala nutrisi dan vitamin yang dokter anjurkan." Sahutku keberatan serta tidak terima.

" Dokternya bilang, kamu terlalu kelelahan, Sayang. Gapapa ya, kita lakukan kuret. Ini demi kesehatan kamu juga." Kata Mas Dana lagi.

" Ini anak kita, Mas. Anak aku dan kamu, anak kita berdua." Aku menangis namun tidak berontak, aku baru saja bahagia akan menjadi seorang ibu, masa sudah harus kecewa.

Atau ucapan aku lalu, diaminkan oleh malaikat? Ya Allah, seketika aku menyesal bukan main.

" Betul, memang anak kita, Sayang. Tapi janin di dalam rahim ini tidak berkembang." Mas Dana masih berusaha memberi pengertian." Makanya dokter menyarankan untuk melakukan kuret saja."

Aku menangis tersedu - sedu, menyesali sikapku yang benar - benar tidak bersyukur atas kehadiran buah hati kami yang berusia sembilan minggu dalam kandungan.

Setelah Mas Zeo dan Mas Dana berbincang panjang lebar, mengambil keputusan yang tidak bisa aku dengar mengenai beberapa prosedur kuret yang akan aku lakukan. Mas Dana pamit keluar untuk menemui dokter kandungan.

" Kalau nanti diberi rezeki lagi oleh Allah, kamu juga akan hamil anak kedua, Na." Ucap Mbak Ciki," jangan sedih ya.."

" Iya, Mbak." Suaraku terdengar lirih sekali, hatiku teriris - iris harus merelakan buah hatiku tidak berada di dalam rahim lagi.

Mas Zeo kembali mendekatiku lagi, mengusap air mata yang membasahi pipi. Di kecupnya keningku penuh kasih - sayang, dia adalah saudara lelakiku yang menggantikan peran Mama dan Papa setelah mereka resmi bercerai. Aku beruntung memilikinya.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang