14) Dana Lagi

1K 144 2
                                    

Sejak bertengkar di kamar mandi, ini baru ketemu lagi. Di salah satu kafe terdekat, aku mengajaknya bertemu, mau mencari jalan keluar atas skandal yang sedang naik daun.

Aku mendorong pintu, masuk ke ruangan yang harum nan bersih. Ada lelaki tampan dengan stelan kemeja putih, digulung sampai batas siku - siku. Menatapku dengan senyuman tipis, lebih ke perasaan bersalah atas tindakannya beberapa waktu lalu.

Aku hanya menatap sebentar, lalu berusaha untuk tidak ambil peduli.

" Sudah sehat, Na?" Dia bertanya padaku, berdiri lalu menarik kursi untukku duduki.

" Belum, masih sakit jiwaku." Jawabku ketus.

Dia tampak serba salah, menutup laptop. Sepertinya tengah menyiapkan beberapa pekerjaan yang tertunda.

" Mas belum bisa menyelesaikan masalah ini dalam waktu dekat, Na. Sabar ya." Dia langsung buka topik perbincangan, tepat sasaran pula.

" Sampai kapan? Ini masalah udah sampai akar segala, Dana. Aku pusing." Mataku menatap tajam, mengintimidasi lelaki itu.

" Secepatnya, Mas janji. Ini juga Mas kelimpungan, ada beberapa klien yang minta ditahan dulu projectnya karena berita nggak bersumber."

" Nyesal kan? Makanya jangan sembarangan kalau buka mulut. Omongan Mas lalu itu udah hancurin masa depan kamu sendiri." Omelku, entah mengapa mulut sialan ini justru memanggilnya Mas kembali.

" Nggak, Mas tidak menyesal sama sekali. Pengakuan lalu murni karena cinta." Katanya tegas, sikapnya biasa - biasa saja.

" Halah, sok tidak menyesal. Padahal perusahaanmu sedang keteteran, sahammu juga anjlok." Aku menatap sinis.

Senyumnya melengkung disudut bibir." Dan Mas sudah terbiasa akan hal - hal seperti ini, Na. Bukan masalah baru, sebelumnya justru ada yang lebih parah."

" Apa itu?"

" Ya, hampir sama dengan skandal yang sedang Mas hadapi." Ia menyodorkan buku menu," pesan dulu, mau apa?"

" Air putih saja, aku masih sakit." Tanganku menepis buku menu yang disodorkannya.

" Yakin?" Dia memastikan ulang.

" Ya, lagian aku datang ke sini nggak cari makanan kok, aku mau ketemu kamu karena lagi ada masalah. Ini jalan keluarnya gimana? Aku nggak mau loh Dan, nikah sama kamu." Aku masih tetap keras kepala.

" Kenapa Na? Aku ini juga nggak kalah jauh kok dengan kekasih kamu, aku sekelas dengann kekasihmu untuk bersaing."

Ih, dia apa - apaan. Pakai aku segala, Mas saja kenapa sih?

" Kamu tua, aku nggak suka cowok tua. Geli gimana gitu, jambangan lagi." Tuturku tidak sopan.

" Pengaruhnya apa?"

" Nggak enak dipandang mata, sakit mataku." Aku melipatkan tangan ke dada, menyandarkan tubuh pada kursi yang sedangku duduki.

" Besok aku cukur deh, tapi kamu mau kan aku nikahi?"

Aku tersedak." Tetap nggak mau, nggak - nggak." Tolakku terus menerus." Lagian apa - apaan pakai aku, yang biasa aja lah."

" Kamu aja kamu - kamu gitu ke aku, apa salahnya aku ikutan?"

" Oke, gue ganti. Nah, sekarang lo harus punya jalan keluar pasti. Gue nggak mau gini terus Dan, sampai insomnia memikirkan berita di luar sana." Aku mengeluh.

" Nggak harus lo gue juga, Mas ini lebih tua darimu, Na."

" Ish, ribet banget sih! Dari tadi cuma mutar - muter dipanggilan. Terserah deh maunya apa." Kekesalanku semakin naik.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang