6) Meeting Dadakan

1.3K 128 0
                                    

Yang anak magang, harus ikutan meeting juga? Gila ya, si Mas Dana.- Cengunguk magang

Langit pagi di Jambi dirundung mendung, tidak ada Matahari bersama sinarnya, menyambut pagiku kali ini sebagai anak magang yang tidak baru lagi.

Gerimis mulai turun, setetes demi setetes. Aku meletakkan tas di atas kepala, melindungi rintik hujan yang membasahi pasmina hitamku hari ini.

" Una, Na .." Panggilan dari arah depan, aku menegakkan kepala dan melihat manusia itu lagi, itu lagi.

Mas Dana, merentangkan tangan guna menahanku agar tidak masuk ke dalam. Dia tidak lihat apa? Gerimis begini, masih juga banyak ulah.

" Ayo, Na. Buruan.." Perintah tidak jelas macam apa itu, dahiku sampai berkerut, persis nenek - nenek lanjut usia.

" Hah?" Jawabku bingung.

" Masuk mobil Mas, jangan kelamaan di sini." Perintahnya lagi.

" Kemana?" Aku masih tidak mengerti.

" Ikut Mas meeting." Ia menunjukku untuk masuk ke dalam mobil mewah miliknya.

" Nggak, aku nggak mau ikut Mas meeting." Aku menggeleng cepat, gerimis semakin gencar menurunkan air dari langit.

" Kok nggak, Mas yang punya wewenang." Katanya tanpa merasa bersalah.

" Kan Mbak Vayuna ada, Mas. Aku ini anak magang, apa kata senior di dalam, kalau aku ketahuan nemanin kamu meeting. Mau digosipin skandal bos dan anak magang?" Aku menatap tidak suka kearah Mas Dana.

" Mau - mau aja, perempuannya juga kamu, Mas nggak rugi. Beda kalau yang digosipkan Mas dengan Vayuna, nah, itu baru Mas tolak mentah - mentah. Udah, jangan kebanyakan ngomong, kita basah ini." Ia mengarahkan jari telunjuk pada mobil miliknya lagi.

Mau tidak mau aku harus ikut, ya, untuk sekali ini saja, tidak ada salahnya kan?

Dia membukakan pintu mobil sebelah kiri, untukku. Setelah aku masuk ke dalam, dia tampak setengah berlari, menuju sisi kanan untuk menyetir.

" Tuh kan, Na. Basah." Dia menatapku dibarengi senyuman manis.

" Salah Mas sendiri, aku kan nggak minta diajak meeting. Makanya jangan ajak anak magang amatir, baju Mas jadi basah semua." Kataku santai - santai saja.

" Kamu itu lho, bukan Mas. Bajumu yang basah, Mas sih fine - fine aja, nggak ada masalah."

Mobil meninggalkan halaman kantor, aku hanya berdecak, sesekali meliriknya dan Mas Dana pun melakukan hal yang sama. Kalau aku menatapnya, dia akan membalas. Salting tahu!

" Ehem.." Dia berdehem, perjalanan kami sudah memakan waktu hampir lima belas menit, aku lebih memilih berdekap tangan sembari mengedarkan pandangan pada bangunan - bangunan yang menjulang ke langit. Bisa ya, kemajuan zaman menjadikan bangunan berlantai belasan hingga puluhan, tegak sempurna. Menyuguhkan kesombongan pada manusia - manusia yang sudah jungkir - balik menghadapi realita.

Ah, aku jadi merindukan Akasy di Sidney.

" Na, kira - kira kekasihmu itu kapan melamar?"

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang