40) Dua Benda Pipih

1.1K 124 5
                                    

Hari ini aku menemui Rome disalah satu kafe dekat pusat kota, sebenarnya dengan Minda Ruchi juga, tapi dia sedikit telat karena ada urusan keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku menemui Rome disalah satu kafe dekat pusat kota, sebenarnya dengan Minda Ruchi juga, tapi dia sedikit telat karena ada urusan keluarga. Perkataan Akasy dimimpi masih terngiang - ngiang. Apakah betul yang dikatakan Akasy dalam dunia mimpiku sama dengan realita yang ada?

Aku mengaduk kopi panas di gelas sembari berpikir keras, mencoba menerka agar menemukan jawaban yang pas. Rome menyadarkanku dengan menepuk tangannya tepat dihadapan.

" Hei, Nyet. Melamun terus, mikirin tagihan listrik?" Ejeknya padaku.

Bibirku mencebik." Rom, lo sepupu Vaula kan? Maksud gue, sepupu dekat kan?"

" Tumben bahas Vaula? Dia ganggu lo kah? Atau gimana?"

" Nggak sih, tapi gue mimpiin dia tadi malam. Berasa nyata banget Rom, Akasy ngomong ke gue gini, dia menyelamatkan Vaula demi meneruskan pendidikan sepupu lo itu. Intinya dia pahlawan banget deh, dan dia bilang juga, kalau lo anak broken home. Terus ada lagi, maaf nih sebelumnya, dimimpi itu Akasy ngomong lo bukan anak orang tajir. Jahat nggak sih Akasy dimimpi gue?"

Rome sampai menyemburkan kopi di dalam mulut, tertawa lebar mendengar ucapanku barusan.

" Sialan, mimpi lo jelek amat, Nyet. Seriusan deh, nanti malam lo tidur, mesti undang gue ya dimimpi lo. Biar gue tampol itu mulut Akasy, dia yang jahat, kenapa gue yang dibawa - bawa, rese banget sih mantan lo." Rome tidak terima, padahalkan hanya dunia mimpi saja, Bestie." Gara - gara gue sering minjam uang ke lo terus ini pasti."

" Yang jelas, jelek banget mimpi gue Rom." Keluhku sedikit kesal.

" Dia murni mencintai Vaula, nggak ada istilah pahlawan dengan segala pembelaan. Negara kita sudah merdeka, dia masih bisa berlagak pula. Na, gue ini emang anak nggak tahu diri, tapi orangtua gue nggak hilang tanggung jawab kok. Mereka emang nggak kaya tujuh turunan, tapi bisalah buat ngirimin gue setiap bulan di sini. Cukup, guenya aja yang boros."

Kepalaku manggut - manggut." Kenapa ya mimpi saja bisa buat gue terngiang - ngiang, mana gue minta cerai bagai ke suami. Di mimpi itu loh, Rom.."

" Ngeri amat mimpi lo, Na. Bawa - bawa rumah tangga segala. Biasanya mimpi itu sekadarnya aja loh, nggak se - ekstrim gitu juga." Ia menyeruput minumannya lagi." Jangan sampai deh, Na. Suami lo itu paling cocok buat jadi pendamping hidup lo, mengimbangi tingkah laku lo yang kurang waras soal cinta."

Aku justru terkekeh mendengar ucapan Rome, tidak merasa tersinggung atau apa pun. Dia bicara fakta, benar adanya.

Sembari menunggu Minda, aku dan Rome menikmati beberapa spot kafe yang cakep dan keren.

" Assalamualaikum, Muna." Sapaan dari sebelah membuyarkan fokusku pada handphone.

" Waalaikumussalam, eh, Mbak Syafa." Sahutku sedikit kaget.

Mantan istri Mas Dana mencium pipi kanan - kiriku penuh keramahan, baru kali ini aku bertemu Mbak Syafa beserta ketiga anaknya. Mereka pun menyalamiku dengan santun.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang