5) Bergadang di Rumah Orang

1.4K 141 0
                                    

- Kamu yang suka football, kenapa harus aku yang buatin kopi?- Muna Syabila

Aku turun ke lantai dasar, setelah membersihkan diri, setidaknya merapikan tampilan dan mengganti harum tubuh dengan lulur pengantin di kamar mandi.

Katanya sih pamali, tapi nggak ah, aku masih aman - aman saja kok sampai detik ini.

Baju tidur dalam bentuk daster adalah baju kesukaan yang setiap malam aku kenakan, ruangan sedikit berisik dengan obrolan panjang. Sepertinya Mas Zeo kedatangan tamu dari kantornya.

Mataku fokus pada handphone di tangan, membuka beberapa postingan ootd hari ini. Lumayan, menambah referensi.

" Malam, Muna."

Tuh kan, aku benci dengar bariton suara itu, kenapa sih ada Mas Dana di sini, ya ampun, nggak cukup siang tadi di Mc. Donald?

" Ya.." Jawabku dingin, tidak peduli.

Eh, aku pikir dia bakal nggak terima. Reaksinya justru santai - santai saja, lanjut berbincang dengan Mas Zeo. Jadi kebalikan, aku yang kesal melihat lelaki itu duduk bersama Mas Zeo, tertawa tanpa beban. Memangnya dia siapa? Tamu sih.

" Ngapain Mas datang ke sini?!" Aku berkacak pinggang, mengecilkan volume televisi.

" Adikmu, Ze?" Ia pura - pura menanyakan aku pada Mas Zeo," cantik juga ya adik perempuanmu."

Aku menendang tulang keringnya." Ish! Balik sana, Mas."

" Kalau nggak salah, dia magang di kantorku." Katanya lagi, tanpa menggubris perkataan barusan.

Mas Zeo menatapku, menahan tawa yang sebenarnya ingin meledak.

" Kau ini, Dan. Jangan lah kau goda adikku ini, merah pipinya."

" Aku nggak menggoda, dia memang cantik kok." Sahut Mas Dana, bahkan menatapku saja tidak.

Mataku melotot sempurna." Cukuuuuup!" Kataku berteriak," Mas Dan, balik gih."

" Mas yang mengundang Dana, apa - apaan kamu ngusir tamu Mas." Balas Mas Zeo.

" Ya tapi kan, nggak harus dia juga Mas Zeo. Emang Mas nggak ada teman selain Mas Dana?"

" Banyak, tapi nggak ada satu orang pun yang bisa memahami Zeo, masmu ini, selain aku orangnya, Muna." Jawabnya serius, nada bicaranya penuh penekanan.

Aku mendengus." Terserah, mau Mas Dana nggak bisa tergantikan atau gimana, aku udah bosan ketemu wajah Mas Dana, seharian ini cuma wajah kamu doang, seriusan." Mendadak aku jadi frustasi.

" Wajah tampan memang membuat beban banyak orang, tapi tenang Na, Mas kan ngobrol dengan Zeo, bukan kamu." Ia menyimpulkan ucapanku.

" Ngomong sama Mas itu nggak ada ujungnya, capek banget, pokoknya aku nggak suka." Aku meninggalkan dua lelaki di ruang tamu dengan kekesalan yang tidak terkontrol.

Dua lelaki itu tertawa puas, aku ingin mencubit ginjal mereka. Aku berbalik badan, mengambil bantal lalu aku pukul Mas Dana.

" Pulang Maasssss." Seruku.

" Kalau kamu ada di rumahku, aku pulang deh." Sahutnya, menoleh ke belakang sembari berpangku tangan di sofa.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang