7) Cerita Si Dasi

1.2K 131 0
                                    

Kalau aku yang manis begini, kamu kok jadi kikuk begitu?


Tadi pagi aku harus ke kampus, menemui beberapa anggota organisasi, guna mengantarkan laporan yang sempat aku bawa pulang sebelum melakukan magang di kantor Mas Dana.

Karena terlalu pagi ke kampus, aku pun kepagian juga tiba di kantor. Masih sangat sepi, hanya mobilku sendiri yang masih terpajang rapi di parkiran.

Setelah memastikan penampilan yang rapi dan menarik, heels 7 senti milikku beradu dengan keramik, oh, ternyata sudah ada petugas kebersihan yang semangat menyapu hingga mengepel ruangan di sini.

Aku menyapa dan mengucapkan selamat pagi pada mereka, dan hasilnya mereka lebih ramah padaku. Berbeda dengan senior di dalam, bahkan mereka sering menggosipiku karena terlalu dimanja oleh Mas Dana.

Kan aku nggak minta?

Kalau sampai tahu, beberapa hari lalu menemani Mas Dana meeting, berdua dalam satu mobil, diajak bertemu Ibu dan adik - adiknya, bisa - bisa ruangan kubikel berguncang hebat.

Apa sih manfaatnya bergosip? Nggak ada dollarnya juga kan?

Mataku menyipit, memastikan diruangan Mas Dana ada penghuninya. Langkahku semakin mendekat, mataku pun semakin menyipit.

" Loh, Mas Dan?" Aku bergumam sendirian, bahkan mobil lelaki itu tidak ada di parkiran. Kok orangnya sudah di kantor.

Dia tampak fokus kearah layar komputer, sesekali mengurut lehernya yang sudah bisa aku pastikan, sangat pegal. Apa dia menginap di kantor? Masa?

Pintu ruangan aku buka, dia menatapku dan aku pun sebaliknya. Dia tidak terkejut sama sekali, justru lagi - lagi menghadirkan senyuman maut.

" Pagi Na, nggak kecepatan ya?" Tanyanya, menyandarkan diri di kursi dan meletakkan tangan di atas kepala.

" Sebenarnya kepagian sih, Mas bermalam di sini?" Aku menatapnya serius, mendekati meja kerjanya.

" Iya, kebetulan pagi ini ada meeting penting. Malas terjebak macet, project yang mereka tawarkan sangat menarik dan menguntungkan, kalau tiba - tiba Mas tidak profesional, kan sia - sia." Jabarnya detail, padahal aku tidak menanyakan itu lho.

" Ya, tapi sampai tidur di sini, Mas pasti belum mandi." Entah mengapa, aku jadi perhatian. Oh tidak, Muna.

" Mana mungkin Mas meeting dengan tubuh tidak tersentuh air, kalau kamu masuk kamar Mas, kamu bakal kaget sebab terlalu rapi dan wangi. Mas bukan lelaki jorok, tahu."

Bibirku mencebik, bersandar ke dinding sembari menatap wajahnya. Bisa - bisanya gitu kan.

" Duduklah, capek berdiri terus. Nanti kakimu kram lho." Mas Dana mengarahkan kursi padaku.

Aku menggeleng." Aku nggak lama di sini, aku cuma mau pastiin aja, diruangan ini orang atau dedemit."

" Ternyata?"

" Dua - duanya." Balasku penuh kemenangan.

Dan, dia tidak tersinggung sama sekali. Ya ampun, Mas Dana. Kok kamu tertawa lebar begitu. Aku kesal bukan main, seketika aku ingat misi yang belum bisa dituntaskan beberapa waktu belakangan, aku akan mengerjainya pagi ini.

" Oh ya Mas, sebelum aku keluar dari ruangan. Aku boleh gantikan peran Mbak Vayuna nggak? Lima menit aja."

" Peran yang mana?" Mas Dana menatapku bingung.

" Loh, bukannya Mbak Vayuna juga pakaikan dasi Mas setiap pagi? Selain pergi menemani Mas meeting juga. Padahalkan cukup mengatur jadwal meeting Mas aja, itu sih setahuku tugas sekretaris."

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang