50) Wah Dana

1.3K 114 3
                                    

Di rumah Mbah Kakung dan Mbah Uti sedang ramai,sedang ramai oleh tetangga yang sibuk rewang, atau bahasa umumnya bantu - bantu untuk acara resepsi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah Mbah Kakung dan Mbah Uti sedang ramai,sedang ramai oleh tetangga yang sibuk rewang, atau bahasa umumnya bantu - bantu untuk acara resepsi.

Mulanya Mbah Kakung menolak, di rumahnya ada acara resepsi pernikahan. Namun Mbah Uti terus membujuk, katanya aku kan cucu perempuan yang unduh mantu. Kata Mas Dana begitu.

Akhirnya Mbah Kakung mengabulkan, hari ini dapur rumah Mbah berasap, sejak pagi sampai sore.Karena besok hari - H nya.

Mbah Kakung bukan tidak suka padaku, tapi Mbah Kakung malas capek. Dulu anak pertama dan kedua, menikah di rumah ini juga, lalu Mama pun dibuatkan syukuran juga, ketika menikah dengan suami keduanya. Aku pernah ngomong juga kan? Nah, sekarang gantian aku lagi. Mungkin kalau Mamanya Dira menikah lagi, rumah Mbah Kakung dan Mbah Uti ramai seperti ini.

Nikah terus, kasihan Mbahku yang sudah menua tapi harus pusing dengan pernikahan anak dan cucunya. Hi hi.

Aku duduk di kursi tamu undangan, kursi yang dipasangi penutup berwarna putih. Kalau di kota lalu, mungkin ratusan juta Mas Dana mengeluarkan biaya pernikahan, dimulai dari konsep dekor hingga katering.

Tapi di rumah Mbah, kami mengambil paket paling mahal dengan harga dua puluh lima juta, paket komplit. Tenda balon semi modern, ucapan selamat datang hingga pengiring musik ditanggung oleh pihak penyelenggara.

Sedap bukan? Kalau menikah di desa. Shalawat Wafiq dengan judul Wahdana sedang mengalun, menghidupkan suasana keramaian, khas pernikahan.

Ketika penyanyinya bersenandung Wahdana, aku ikuti. Intinya yang ada nama Mas Dana.

Aku lihat Mas Dana sibuk mondar - mandir membantu para bapak - bapak, masa pengantinnya yang repot kan? Ha ha, nggaklah. Dia dibantu oleh Papaku dan suami Mama, keluarga dari Jambi datang semua, walaupun rumah Mbah sempit, terpaksa harus menginap di rumah - rumah saudara yang lain.

" Mbak Muna..." Dira mengejutkanku," ngapain duduk sendirian di sini?"

Aku meringis, tatapanku jadi berubah pada sepupuku." Terus Mbak harus ngapain dong? Mbak kan pengantinnya."

Dira terkekeh, mencubit lenganku." Mamaku udah sampai belum Mbak?"

" Belum, sebentar lagi itu." Sahutku.

Dira duduk di sisiku," enak ya Mbak kalau nikah begini, rumah jadi ramai. Mana dekorasi weddingnya mewah banget. Kayaknya Mbak pemecah rekor deh di sini."

" Ha ha," tawaku mengisi tempat dudukku." Masa begitu, Dir? Eh, undang juga temanmu, kekasihmu. Ada kan kekasih?"

" Nggak ada, Mbak." Bibirnya mengerucut," tapi cowok yang aku suka, ada. Kalau aku undang, sopan nggak sih?"

" Sopan dong, nggak ada yang salah juga. Kan ini pesta, kalau dia datang, jadi tamu undangan. Bukan menikahimu. Undang deh, mana tahu jadi pembuka jalan untuk masa depan perasaanmu sendiri." Saranku.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang