17) Dokter Syafa

1.2K 126 0
                                    

Baru kemarin keluar RS, sekarang sakit lagi. Ya ampun, Muna lemah sekali.

Hari ini aku tidak datang ke kantor Mas Dana, setelah pulang dari menemui Akasy, aku putar arah, pulang ke rumah. Kepalaku terasa sakit, suhu tubuh pun bisa aku pastikan tidak normal. Aku butuh istirahat, rasanya aku akan tumbang lagi setelah dinikahi Mas Dana.

Sampai di rumah Mas Zeo, sekitaran tampak sangat sepi. Batang hidung Mbak Ciki saja tidak kelihatan, mungkin dia sedang pulang ke rumah orangtuanya.

Aku pun bergegas naik ke lantai dua, menuju kamar. Aku harus tidur, ini kepala seperti ramai sekali, seakan - akan isinya sedang berperang.

Akhirnya aku terlelap namun separuh sadar, suara berisik - berisik dari lantai satu masih mampu aku saring.

" Ky, Muna udah balik?"

" Nggak tahu, aku juga baru sampai di rumah. Kan dia ke kantor tadi, masa nggak ketemu istri sendiri?"

" Kalau dia ngantor, aku nggak datang ke sini, Ki."

" Mungkin udah, di kamar nggak sih itu anak. Padahal pagi tadi pamitan ngantor kok."

Ya, itu percakapan yang masuk ke gendang telinga. Suara kakak ipar dan suamiku, aih, lagi - lagi suami. Mulutku ini terlalu kepedean sekali.

Kenop pintu kamarku berputar, siapa lagi kalau bukan Dana yang datang menemuiku, aduh, pura - pura tidak sadar diri sajalah.

" Sayang, Yang..." Panggilan itu lembut sekali, pelan namun mampu aku dengar," tidur ya?"

Sudah lihat mata istrinya terpejam, ya tidurlah, Dana. Nggak juga sih.

Dia berjalan mendekatiku, lalu duduk menemaniku. Aku menarik napas ketika tangannya menyentuh kepalaku, memastikan keadaan. Memang sedang tidak enak badan sih, tapi nggak harus diperhatiin Dana juga.

" Ih, Mas. Sakit tahu." Aku mengalihkan tangan Mas Dana dari kening.

" Kamu sakit lagi?"

Kepalaku menggeleng," nggak."

" Terus kenapa tidur?"

" Mau mimpi, ya ngantuklah." Aku menatap sengit," lagian Mas ngapain ke sini, jam istirahat aja belum kan?"

" Khawatir, Na. Istri Mas kok nggak ngantor, kamu kemana tadi?" Ia bertanya.

" Kampus, ketemu dosen." Aku mengeratkan selimut yang menutupi tubuh.

Jemari Dana bergerak menuju depan hidungku, merasakan embusan napas yang keluar.

"Hangat, kamu demam ini, Yang." Katanya lagi, menatapku.

" Ya sih, kepalaku pusing. Rasanya mau muntah, langit - langit kamar juga berputar gitu. Tapi it's normal kan? Nanti juga sembuh, makanya aku mau tidur."

" Siapa yang bilang normal? Ayo, berobat." Ajaknya panik," atau Mas minta dokter aja deh yang datang."

Aku mengangguk saja, tubuhku memang cukup lemah. Tungkai kakiku tidak bisa menopang, jalan saja rasanya mau tumbang.

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang