29) Keliling Desa

1K 102 2
                                    

Naik sepeda listrik, sambil bernyanyi aku duduk di belakang, Mas Dana sopirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naik sepeda listrik, sambil bernyanyi aku duduk di belakang, Mas Dana sopirnya. Liburan tiga hari di Kampoeng Djawi telah usai, kami kembali ke rumah Mbah dengan lelah yang mendera.

Esok sore jadwal kepulangan kami ke Jambi, sejak pagi, Dira sudah merengek - rengek mau ikut aku dan Mas Dana ke Jambi, namun Mbah Kakung melarang. Karena dia sedang ujian semester ganjil.

" Na, enak juga ya pemandangan di sini." Dana menoleh ke belakang," benar - benar panorama yang mahal harganya."

" Karena di kota kita nggak ada yang begini, yang ada kan, hanya rentetan mobil di jalan. Asap - asap hitam mengepul diudara, dari pabrik - pabrik sawit terdekat." Sahutku diiringi kekehan kecil," life is full surprises, Mas yang nggak pernah ada hubungan khusus dengan aku, nggak pernah aku dekati, eh, jadi suami."

Mas Dana tertawa mendengar ucapan yang baru saja aku ucapkan." Mas juga masih belum percaya banget sihNa, kalau akhirnya Mas bisa menikahi kamu. Tugas Mas selanjutnya adalah membuat pernikahan kita sah secara negara. Mau ya?" Ajaknya padaku, nada bicaranya terdengar penuh harapan besar.

Aku tidak bergeming, melingkarkan tangan pada pinggangnya hingga aroma tubuh Mas Dana melekat di hidung.

" Kok diam, Dek? Mau kan Mas nikahi sah secara negara?" Dia mengulang pertanyaan yang sama.

" Need time, Mas. Gini aja dulu." Kataku bimbang.

" Mas nggak mau loh Na, nggak mau ibaratnya setelah dapatin kamu, dapatin kamu secara totalitas sebagai pasangan. Teris Masih menggantungkan status pernikahan secara agama saja, Mas kan ingin bawa nama kamu juga di Kartu Keluarga." Sepeda yang kami kendarai berhenti di tepi persawahan," kita bukan anak kecil lagi, kita juga nggak sedang main - main dengan pernikahan. Atau kamu sendiri tengah merancang kehidupan lain dengan Akasy?"

Barulah Mas Dana membawa nama Akasy untuk pertama kalinya, biasanya aku dulu yang menyinggung.

Kepalaku menggeleng." Nggak Mas, aku juga pelan - pelan udah mulai lupa. Aku hanya perlu kesiapan mental buat melangkah sejauh itu sama kamu. Aku takut gagal persis Mama, karena bolak - balik ke pengadilan itu butuh nyali besar. Aku sendiri masih trauma berat."

Terasa betul Mas Dana mengusap puncak kepalaku, posisi kami sedang menikmati keindahan sawah yang terhampar luas, dipenuhi padi yang masih berwarna hijau.

" Oh ya, Na. Duduk berdua sama Mas, menikmati pemandangan Allah yang maha sempurna, langit sore yang menampilkan semburat kemerahan. Ada bagian dari mimpimu tidak?"

Aku menatap wajahnya, mengulum senyum." He he, kebetulan nggak ada Mas. Sebetulnya aku hanya ikut alur kehidupan saja. Nggak banyak menuntut."

" Yaahh...." Mas Dana melengguh kecewa," Mas pikir, hal yang sedang kita lakukan saat ini menjadi bagian dari mimpi - mimpimu. Mas kan mau juga ada dalam bagian itu, Na."

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang