34) Cek Up Dokter

1.1K 127 1
                                    

Masih terserang keraguan mengenai hasil testpack yang aku lakukan beberapa hari lalu, aku pun memberanikan diri ke dokter kandungan untuk check up, biar pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih terserang keraguan mengenai hasil testpack yang aku lakukan beberapa hari lalu, aku pun memberanikan diri ke dokter kandungan untuk check up, biar pasti.

Ya, semisalnya tidak hamil, kan aku sedikit merasa lega. Karena sejujurnya dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku belum siap menjadi seorang ibu.

Apalagi ibu muda, karena dalam usiaku yang masih muda dan sikap labil begini. Kasihan janinnya. Namun aku tetap dinyatakan tengah mengandung, mengandung anak Mas Dana.

Dokter sempat menanyakan, mana suamiku. Aku jawab saja, sedang tidak di Indonesia, mungkin Mas Dana sudah kembali ke Indonesia. Bukan mungkin lagi, memang sudah.

Sebelum aku mengganti nomor handphone, ada banyak nomor baru masuk yang menelpon siang - malam, itu nomor Mas Dana. Sebelum terlambat, sebelum terlacak. Aku ambil jalan aman, aku ganti nomor, hanya Minda, Rome, orang - orang penting di kampus dan sepupuku di Jombang yang tahu.

Itu juga sudah aku wanti - wanti sampai mengancam, dan Dira memahami walau berat sebelah. Jaga - jaga sih, biar nanti kalau emang di Jambi tidak aman, sementara sampai skripsiku selesai, aku kabur ke Jombang lagi. Ke rumah Mbah Uti.

Sebagai mahasiswi semester akhir, aku tidak sering ke kampus. Apalagi dosen pembimbingku bukan tipe orang yang menyulitkan urusan mahasiswanya. Bahkan ia masih memberikan bimbingan melalui Whatsapp, karena beberapa waktu lalu aku mengabari sedang sakit.

Rome pun sempat mengabari, jika ia bertemu Mas Dana di depan kampus. Aku panik dong, jangan - jangan si Rome menemui lelaki itu dan bercerita banyak hal.

Namun setelah kutelpon, katanya dia sempat menghindar dari Mas Dana. Aku jadi tenang.

Tidak makan, tidak tidur dengan tenang kamu kan, Mas? Mau tahu kamu Mas, gimana Muna Syabila kalau sudah cemburu. Ribet.

Aku masih stay di apartemen Minda, setelah selesai sarapan, aku kembali ke kasur. Baring - baring sembari mendengarkan instrumen yang menjadi rileksasi pagi ini, suara gemericik air dipadu deru angin di tepi laut.

Ya, seperti itulah gambarannya.

Handphoneku sepi, tidak ada notif apa pun yang masuk. Sebab aku ganti nomor, bahkan Mas Zeo dengan Mbak Ciki saja nggak punya akses, menanyakan kabarku yang bagaimana dan seperti apa.

Yang pasti baik - baik saja.

Namun aku pikir, suatu saat nanti mereka pasti tahu, Mas Dana juga pasti akan menemukanku di sini. Aku tengah memikirkan langkah ke depan, apa yang harus aku ambil.

Berbaikankah?

Mataku terpejam, sepertinya tidak perlu terburu - buru. Hatiku kadung kecewa berat, apalagi mengenai postingan dari sosok di kubikel sebelahku lalu saat masih menjadi karyawan magang.

Kalau ingat itu, aku jadi kesal lagi.

Handphoneku berdering, panggilan masuk dari Dira. Apa mungkin Mas Dana ke Jombang, mencariku?

Sah Negara( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang