Langit || 5

7.8K 401 18
                                    


Aku cukup sedih menulis kisah ini:') then, i've not word to say 'hi' for u.

Happy reading! Don't forget to vote and comment this chapter! Share to your friends!

***
Rainy telah tiba di rumahnya dengan wajah yang sembab karena di sepanjang perjalanan pulang ia tak berhenti menangis. Sungguh, ini bukan kali pertamanya, tapi sakit hatinya cukup mendalam. 

"Rain? What happened with you?" tanya mommy yang tengah duduk di teras rumah. 

Rainy menggeleng, menutupi kehancurannya. "I'm still okay, mom. Don't worry me."

"Oh iya, mommy sudah masakin kamu lobster, terus ada udangnya lagi. Mommy yakin kamu suka."

Lagi? Belum selesai luka yang Langit berikan, kini ditambah dari sang ibu? Kenapa semesta begitu kejam padanya?

Rainy menatap mommy Agatha, "mom. I'm tired now. I eat latter."

"Sayang ... Kalau dimakan nanti enggak enak."

Kenapa aku sulit sekali untuk menolak permintaan mommy? Kalau pada akhirnya ini adalah luka yang pelan-pelan membunuhku dalam diam. Kalau memang ini yang terbaik untuk segera pergi dari bumi ini, aku akan melakukannya. Rain membatin lalu mencoba untuk tersenyum seraya mengangguk setuju.

Mungkin dengan membuat dirinya sakit, akan lebih baik. Hingga akhirnya ia duduk di meja makan, membiarkan mommy Agatha menyiapkan makanannya, dan ia segera menyantap seolah dirinya penikmat seafood terutama udang.

Andai saja mommy ku perhatian dengan melihatku sebagai Rainy, mungkin aku tidak sesakit ini.

"Gimana, enakkan sayang?"

Rainy tersenyum dengan mulutnya yang melahap udang. "Nice," katanya setelah menelan beberapa udang dengan lahap.

"Rainy suka banget. Boleh kan kalau nambah?" kata Rainy saat udang dan lobster nya habis. Rainy benar-benar mencelakai dirinya. Dia bisa saja menolak pura-pura ke kamar mandi atau berbagai macam alasan lainnya, tapi ia tidak bisa menolak selagi sang mommy memperlakukan dirinya penuh kasih sayang ini.

"Wah! Mommy sayang banget sama Rainy, kalau makannya banyak. Mommy ambilin ya honey?" Rainy hanya mengangguk, saat itu juga badannya mulai panas.

Sakit Tuhan. Hatiku sakit, seperti disayat habis-habisan oleh pisau tajam yang tak terlihat. Kenapa semesta tidak pernah melihat ku sebagai Rainy? Kenapa harus sosok lain yang menggantikan hadirku? Apa benar aku ada tapi tidak pernah ada sebagai Rainy?

Lebih baik aku mati, kalau pada akhirnya tidak ada seorangpun yang menatapku sebagai Rainy, Rainy yang mencintai Langit dengan tulus, dan Rainy yang alergi terhadap seafood.

"Mom. Kalau semisal Rainy pergi, apa mommy akan menangisi Rainy?" Pertanyaan spontan itu menghentikan gerakan tangan Mommy Agatha yang hendak memberikan udang di piring Rainy.

"What your mean Rainy?"

"Rainy hanya bertanya. Bagaimana kalau semisal nanti Rainy meninggalkan dunia, apakah mommy akan menangisi kepergian Rainy?"

"Stop your mouth! I hate it!"

"I'm sorry mom. Aku hanya ingin bilang, kalau Rainy tulus menyayangi mommy dan daddy," Walaupun kalian berdua tidak pernah menatapku sebagai Rainy, Anak bungsu kalian.

"Jangan pernah membicarakan hal itu lagi? Paham?!" Suara mommy Agatha naik beberapa oktaf, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Rainy sendirian di meja makan. Ya, keluarga ini begitu sensitif terhadap pembahasan kehilangan.

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang