Hai! Maaf baru balik!!! Happy reading ya!
RAMEIN PART INI!
***
Demi apapun Langit sudah hampir kehabisan cara kali ini. Saat ia melihat sorot kebencian Rainy untuknya, sosoknya yang dulu seketika lenyap kini. Ia menjambak rambutnya frustasi.
"Argh! Sialan! Gue harus apa supaya wanita itu kembali ke genggaman gue," geramnya membuat rahangnya semakin mengeras. Apalagi mengingat sosok Alex yang sejak dulu mengancam keberadaannya.
Apa mungkin Alex yang sudah membuat Rainy-nya berubah seperti ini? Kepalanya mendadak pening memikirkan suatu hal yang akan terjadi nantinya.
Jarinya bergerak mengetik pesan untuk Rainy.
Langit: rain aku sakit
Kalau dulu Rainy selalu ada disisinya dalam segala kondisi, namun kenapa susah sekali untuk membuat Rainy berada di sisinya sekarang? Ingin sekali ia marah pada dirinya sendiri, namun semuanya percuma. Tidak akan membawa Rainy ke dalam genggamannya.
Ia tahu kalau ini sebuah karma yang patut ia rasakan, tapi apa ia sudah tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan Rainy? Ia sudah kehilangan kedua orangtuanya sejak bayi, ia sudah kehilangan cinta pertamanya, bahkan ia sudah kehilangan kepercayaan keluarga satu-satunya.
Lantas, haruskah ia kembali kehilangan satu-satunya harapan hidupnya?
Tanpa ia sadar air matanya mengalir pelan. Dulu ia tidak pernah semenyedihkan ini karena sifat kerasnya, namun kali ini... Ia sudah susah untuk menahan dan menyembunyikannya.
Melihat Rainy bahagia memang lebih baik, tapi kenapa dadanya begitu sakit melihat Rainy bahagia bersama mereka? Seolah ada suara yang memaksanya untuk terus berjuang dan bertahan mendapatkan Rainy.
Ting!
Rainy: trs?
Ia menghela nafas pelan membaca balasan singkat dari Rainy.
Langit: tlng ke sini Rain. I'm lonely here
Rainy: sorry I can't
Ini bukan sekedar akal-akalannya untuk menarik perhatian Rainy, namun saat ini badannya sakit semua, kepalanya begitu pusing, bahkan badannya sudah menggigil.
Tak ada pilihan lagi selain menghubungi keponakannya.
Sambungan telepon terhubung.
"Halo bang, kenapa?"
"Sorry ganggu waktu lo. Sibuk?"
"Oh enggak bang. Kenapa?"
"Bisa minta tolong buat suruh sopir lo ke sini. Gue mau periksa."
"Loh abang sakit?"
Ia hanya berdeham.
"Ya ampun bang. Kalo gitu aku ke sana ya. Nanti aku sama Gafar yang nganterin periksa."
"Ngi. Gak usah. Gue lagi gak mood buat ribut sama laki lo."
"Abang tenang aja. Semuanya aman."
Ia hanya berdeham dan pasrah.
***
"Aku makin beruntung banget deh punya istri yang gak punya dendam gini," celetuk Gafar sambil melirik ke arah Langit lewat kaca spion mobil.
Di kursi belakang, Langit hanya diam dengan seribu umpatan dalam hatinya.
"Gaf. Plis ya, tepatin janji kamu," tegur Pelangi membuat Gafar bungkam. Padahal ada banyak hujatan yang harus ia ucapkan untuk lelaki bejat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit [END ✓]
Roman d'amour⛔ NOTICE BY PRAS MULYA! [16+] "I love you Lang!" "But I never love you, bitch!" Langit Hartigan. Cowok yang dibutakan oleh rasa iri dan dendam. Hingga ia mengabaikan sosok yang selalu setia di sampingnya, bahkan terus mencintainya dengan segala kebu...