Langit || 1

14.6K 518 11
                                    


⚠️ WARNING CERITA RATE 17+ ⚠️

Mengingat berlatar belakang di Los Angeles, dan terdapat beberapa budaya sana, maka sangat tidak diperkenankan untuk dibawah umur.

Juga, kepribadian salah satu tokoh yang kasar dan temperamen.

⛔ Jadi, bijaklah dalam membaca cerita ⛔

***
B

eberapa tahun kemudian setelah prolog. 

Rainy menghapus air matanya dengan kasar. Percuma, menangis seberapa lama pun, Pemuda itu tidak akan pernah iba padanya. Dengan segera, ia menyusul langkah Langit yang mulai memasuki mobil yang sudah menjemput. Hari ini Rainy tengah menjemput Langit yang baru saja pulang dari kegiatan kampus.

Ia menangis karena telah mengatakan hal yang paling Langit benci. Love, love, and about love.

Karena sampai kapanpun Langit tidak akan pernah mencintainya.

"Langit! I'm sorry," ucapnya setelah duduk di sebelah Langit.

Langit hanya berdeham, lalu menghidupkan earphone dan mulai terlelap.

Rainy hanya menghela nafas panjang, sudah biasa terabaikan seperti ini oleh pemuda dingin itu, yang sialnya dia begitu mencintai sosok Langit sejak awal pertemuannya di sebuah mall terkenal di Los Angeles.

Ah, Rainy jadi merona mengingat kenangan manis satu tahun yang lalu. Waktu itu Langit menolongnya karena roknya tak sengaja tersangkut di eskalator.

Tapi seiring kedekatannya dengan Langit, Rainy tidak tahu jika akan merasakan sakit hati yang begitu dalam. Sikap dingin dan ambisi pemuda itu benar-benar sulit untuk ia hilangkan.

Ia tertawa kecil, lalu menoleh pada Langit yang tengah tertidur pulas. Ia memindahkan kepala pemuda itu bersandar pada bahunya supaya tidak membentur ke kaca mobil.

"Aku memang gadis bodoh yang sampai saat ini masih mencintaimu. Bahkan semakin dalam. I never lose to love you."

***

Langit mengerjap pelan saat sebuah tangan menepuk pipinya.

"Hey, bangun. Kita sudah tiba di apartemen kamu." Sayup-sayup ia mendengar suara lembut perempuan. Ah siapa lagi perempuan yang dekat dengannya, kalau bukan Rainy Angeline.

Ia melenguh sejenak, lalu segera keluar dari mobilnya. "Bawakan semua barang-barang ku," titahnya pada Rainy saat mereka keluar dari mobil.

Rainy tersenyum miris, bukan hanya menjadi perempuan bodoh, tapi babu untuk Langit.

Langit suka seenaknya padanya. Suka melampiaskan amarah, suka menyuruhnya mengerjakan tugas, serta membersihkan apartemen pemuda itu, dan masih banyak lagi perlakuan buruk terhadapnya.

"Okay!" Serunya seceria mungkin, lalu I bergegas menarik dua koper besar milik Langit. Ah, beratnya, tapi lebih berat cintanya pada Langit. Sialan memang!

***

"Langit ... Aku letakkan di sini atau di kamar kamu?" Tanya Rainy dengan wajah yang penuh dengan keringat pada Langit yang kini tengah merebahkan diri di sofa ruang tamu apartemen mewah ini.

"Kamar, dan rapikan," jawabnya begitu dingin. Mungkin Langit begitu kelelahan, pikir Rainy.

Rainy menghela nafas panjang, ia menghampiri Langit yang tengah memejamkan matanya. Entah tertidur atau tidak.

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang