EXTRA PART II

3.7K 139 4
                                    


***

"Bapak sudah ada perkembangan yang pesat. Dan saya berterimakasih pada anda karena memiliki kemauan yang besar untuk mencoba lebih baik lagi," ucap seorang wanita lebih tua darinya yang memakai baju dinas rumah sakitnya.

"Saya yang berterimakasih pada dokter karena telah berkenan menangani saya yang emosional ini."

"Tidak papa pak. Yang lebih utama itu bapak memiliki kemauan yang tinggi. Saya yakin, ibu Rainy akan selalu beruntung memiliki anda."

Langit menggeleng pelan sambil berkata, "saya yang sangat beruntung memiliki dia Dok. Kalau saja waktu itu bukan Rainy orangnya, mungkin pernikahan saya hancur Dok."

"Rain,"panggilnya pelan.

"Iya mas?"

"Kalau kamu mau cerai dari aku, aku siap."

Kaget? Pasti. Rainy memejamkan kedua matanya lalu menghela nafas panjang. Ia tau betul bagaimana sifat sang suami. Jadi ...

"Oke."

Jawaban Rainy berhasil membuat tubuh Langit menegang hebat. "Maksud aku, oke kalau kamu mau keluar kota sekarang. Aku tau kamu butuh waktu sendiri. Kamu tenangin pikiran dan diri kamu dulu ya. "

Entah kenapa, Langit kembali lega mendengar kalimat istrinya. Ia menatap wajah sang istri. "Rain, maaf. Aku benar-benar nyesel ngomong kayak gitu. Aku—

"Iya aku tau. Enggak papa. Kita lagi sama-sama emosi dan aku juga hampir enggak memahami sifat kamu. Jadi, kamu sekarang boleh ambil waktu buat nenangin diri sendiri."

"Tapi jangan cuekin aku ya Rain? Jangan tinggalin aku. Aku gak mau."

Rainy tersenyum, tangannya bergerak untuk mengelus bahu suaminya. "Enggak mas. Gak akan. Aku tau kamu lagi cape dan butuh waktu. Take a time oke? I'm here for you."

Ya ... Setelah itu, Langit memutuskan untuk kontrol pada psikiater, guna untuk memperbaiki dirinya. Karena tidak mungkin untuk terus-menerus seperti itu pada Rainy. Rainy sangat sempurna bagi dirinya yang mudah kacau. Kini bukan hanya tentang dirinya saja, melainkan tentang keluarga kecilnya yang harus tetap utuh.

Sepulang dari rumah sakit, ia berinisiatif untuk mampir ke kedai pancake; membeli makanan kesukaan kedua anaknya. Setelah membeli beberapa rasa pancake, ponselnya berdering. Panggilan masuk dari sang istri.

"Halo mas."

"Iya Rain. Ada apa? Kamu mau titip sesuatu?"

"Enggak. Lagi gak pengen apa-apa. Ini kamu dimana? Udah selesai ketemu dokter?"

"Lagi mau nyalain mesin. Iya udah kok."

"Syukurlah. Gimana kata dokter? Get you better?" Tanya Rainy yang berhasil membuat kedua sudut bibir Langit tertarik. Entahlah, setiap detik rasanya kurang untuk terus bersyukur karena Tuhan mengirimkan sosok bidadari seperti Rainy.

Kalimat yang pernah ia lontarkan waktu itu, ingin ia hapus dari kosa kata dalam hidupnya. Ia tidak ingin meninggalkan atau kehilangan Rainy.

Hujan selalu pada Langitnya dan sebaliknya.

"I'm get better Rain. Dokter bilang, aku berhasil handle emosi-emosi ku ini," jawabnya pelan, tanpa sadar ia menitihkan air mata. Tidak bisa dibayangkan jika bukan Rainy orangnya.

"Aku seneng banget dengernya, Mas. Makasih ya mas, makasih udah bertahan selama ini. Aku bangga banget sama kamu. Anak-anak juga pasti bangga punya papa kayak kamu mas."

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang