Langit || 14

5.6K 275 76
                                    


Guys? Kenapa makin sepi ya:( di bab sebelumnya nympe ratusan koment😢😭😩🙏🏻

Yuk biar semngat buat tamatin secepatnya. Ak takut tbtb slow up lagi lho! Kalian mood boster ku soalnya:)

Jangan lupa ya! Komen setiap paragraf:) share jg!

***

Keluar dari kamar mandi, Langit langsung mendapati Rainy yang duduk di tepi ranjang dengan tubuh yang sudah berpakaian. Wanita itu langsung bangkit lalu menahan lengannya. Ia melepas kasar tangan Rainy dari lengannya. "Jangan halangi gue," desisnya sambil meraih hoodie hitamnya, lalu sedikit merapikan penampilannya.

"Lang. Aku ikut kamu ya?"

"Gila! Bakalan hancur kalau ada lo. Gue udah tau itu."

"Enggak Lang. Aku cuma mau mastiin kalau kamu-" Ucapan Rainy terpotong karena Langit menatapnya tajam; penuh intimidasi, peringatan, dan menghunusnya.

"Masih mau ngelahangin gue? Lo tau gue kan kalau sampai lo ngelawan gue?" Cukup dengan kalimat penuh penekanan, sisi keberanian Rainy menciut. Ia tahu seberapa nekatnya sosok Langit Hartigan. Karena saat itu terjadi, ia tidak bisa menjamin semuanya bakalan baik-baik saja. Atau bahkan, akan lebih buruk daripada yang ia bayangkan.

"Aku harap, kamu baik-baik aja. Aku sayang kamu Lang."

"I dont care!" ucap Langit, lalu segera keluar kamar. Ia tidak ada waktu lagi untuk meladeni wanita bodoh seperti Rainy angeline itu.

***
Menempuh perjalanan hampir setengah jam, akhirnya ia menemukan apa yang telah menjadi tujuannya kini. Di dalam mobil, netranya menatap tajam pada figur perempuan yang tengah berada di sebuah taman kompleks ini. Dulu, ia dengan figur itu selalu main di tempat ini setiap pulang sekolah, bahkan sampai sore. Ia tersenyum kecil mengingat kepingan memori bersama figur yang kini tak sendirian di taman. Ah, ternyata figur itu telah tumbuh pesar. Ia yakin sosok lelaki yang tengah menemani figuran itu adalah kekasihnya.

Figuran itu, Pelangi Aulia Hartigan. Putri pertama dari Awan, kakaknya.

Lelaki yang seperti mengejar Pelangi, ponakannya itu terus mengejar, seperti hendak menjelaskan sesuatu. "Apa mereka bertengkar?" Gumamnya pelan dengan tatapan yang terus memantau keadaan.

Ia tersenyum miring saat melihat keadaan sudah tepat. Sepi, dan temaram. Pelan tapi pasti, ia keluar dari mobil saat Pelangi sudah melewati mobilnya tanpa ada rasa curiga.

"I got you my rainbow," gumamnya pelan setelah membungkam Pelangi dengan sapu tangan yang sudah ada obat tidurnya.

***
Hotel. Itu tujuan utamanya. Kehancuran yang Pelangi dapatkan dari Langit, ternyata masih kurang. Belum membuatnya puas. Seolah-olah kejadian di masalalu itu menyuruhnya untuk terus menyakiti dan menghancurkan Pelangi, cepat atau lambat.

Langit duduk dengan satu kaki diangkat seraya menyesap vapor, tak lupa tatapan yang sulit ia artikan.

Pria berkemeja hitam polos dengan dua kancing atas terbuka itu memiliki tubuh kekar dengan rambut tebal serta senyuman miring yang mendapati kedua mata Pelangi terbuka. Perempuan itu tengah menyesuaikan keadaannya.

"Helo my rainbow."

Kini Langit sudah duduk di sebelah Pelangi yang ketakutan. Ia sempat melihat wajah Pelangi yang bercucuran keringat dingin. Lalu ia mencoba memeluk tubuh Pelangi.  bahkan Langit sudah menciumi lehernya dengan tangan yang membuka tank top putih milik Pelangi.

"Bang Langit ... Tolong, hentikan ..."

Tolong! Kilatan bayangan kelam itu kembali melintasi benaknya. Akankah itu terulang kembali?

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang