Langit || 26

5.9K 231 16
                                    


Ya ampun. Aku udh balik offline, jadinya agak susah nyambung pas ngetik, tp aku bakalan paksa dr sekrng ya buat namatin cerita yg belum pas endingnya ini😭🙏

***

Entah apa yang terjadi pada Rainy, Alex masih belum tau. Karena tadi di kantor, Rainy tiba-tiba menghubunginya lalu mengajaknya ke apartement pribadi miliknya. Ia memang punya unit apartemen yang hanya dipakai saat kepentingan keluarga atau ada hal yang mendesak seperti ini contohnya.

Tangannya mengelus punggung Rainy yang sedap tadi menangis dalam pelukannya. Ingin bertanya, tapi sepertinya Rainy masih belum siap.

"Udah selesai namanya, hm?" Tanyanya begitu lembut. Sesekali ia mencium puncak kepala Rainy penuh kasih sayang yang selama ini tidak pernah berubah bahkan kian bertambah besar.

Rainy semakin terisak dengan sekelibat bayangan wajah sedih Kai tadi siang. Anak haram. Parahnya lagi, Langit yang mengatakan hal tersebut.

"Aku marah, Lex. Aku sakit banget ..."

Alex sendiri pun tidak mengerti apa yang membuat wanita ini marah dan sakit. Namun ia merasa pasti ada hal besar yang membuat Rainynya semarah dan sekecewa ini. "Take a breath slowly. Hold up, and push on. Terus cerita pelan-pelan ya?" Intruksinya lembut, dan Rainy mengikutinya.

"Aku mau terima tawaran kamu itu. Masih berlaku kan?" Alex terkejut. Bukannya bercerita, malah memberi keputusan perihal tawarannya.

"Ini maksdunya gimana? Aku enggak paham Rain? Katanya kamu lagi marah sama sakit hati, terus kenapa malah gini? Aku bukan cenayang kalau kamu lupa."

"Aku cuma mau semuanya aman Lex. Sebelum terlambat. Karena kalau aku telat, bukan cuma aku yang terancam. Ada anak-anak kita," Jawab Rainy membuat Alex mengernyit bingung, namun mencoba untuk memahaminya.

"Siapa yang nyakitin Kai? Atau bahkan Alive?"

Langit. Tapi enggak mungkin kan Rainy mengatakannya karena makin memperkeruh keadaan nantinya. "Tadi ada yang bilang Kai anak haram, dan aku marah Lex. Aku marah sama diri aku sendiri yang buat Kai hidup begini."

Seketika rahang tegas Alex mengeras dua kali lipat. Tangannya merangkul erat tubuh Rainy. Diciumnya puncak kepala Rainy berkali-kali. "Siapa yang bilang Rain? Kamu enggak mau jujur hm?"

Rainy menggeleng pelan. "Bukannya aku enggak jujur, tapi Kai sendiri yang merahasian dari aku."

Alex mengangguk pelan. "Oke kalau gitu. Ini enggak bisa dibiarin lagi. Emang yang aman itu kita bersama," Katanya lalu menangkup kedua pipi Rainy. "Kamu mau kan Rain?"

Tatapan mata Alex membuat tubuh Rainy berdesir tak karuan. Kalau sebelumnya ia menatap Alex sebagai sahanat dan kakak, kali ini harus berbeda. "Tapi, aku butuh waktu Lex. Kita enggak bisa langsung nikah gitu aja kan?"

Alex tertawa kecil. "Iya-iya. Pacaran dulu aja gimana?"

"Boleh."

"Tapi nikahnya dipercepat ya."

Rainy melolot. "Kok?! Katanya pacaran dulu."

Alex mengehela nafasnya pelan. "Rainy. Perasaan memang butuh waktu, tapi ikatan kita enggak butuh banyak waktu lagi. Kamu enggak mau kan hal ini terulang lagi sama anak-anak kita?"

Kini Rainy meneguk ludahnya. Apa yang dikatakan Alex memang benar. Ia memang butuh waktu untuk melihat sosok Alex sebagai lelaki yang ia cintai, tapi untuk sebuah pernikahan, sepertinya harus dipercepat. Karena ia ingin bebas dari gangguan Langit.

"Apa kamu masih ragu sama aku? Sampai-sampai kamu takut nikah sama aku," ucap Alex membuat Rainy menggeleng cepat.

"Enggak! Bukan gitu. Aku cuma kaget aja kalau harus nikah secepat ini." Lagipula apa yang perlu ia takuti? Bahkan mengenali pria ini sudah belasan tahun. Jadi ia tidak perlu ragu bukan?

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang