Langit || 7

7.2K 340 22
                                    

WARNING CERITA RATE 17+ ⚠️

Mengingat berlatar belakang di Los Angeles, dan terdapat beberapa budaya sana, maka sangat tidak diperkenankan untuk dibawah umur.

Juga, kepribadian salah satu tokoh yang kasar dan temperamen.

⛔ Jadi, bijaklah dalam membaca cerita ⛔


***
Rainy menggeram pelan merasakan perutnya yang terasa berat. Setelah mengumpulkan kesadarannya penuh, ia menyadari bahwa tangan kekar itu milik Langit yang tertidur bersamanya sejak dua jam yang lalu. "Langit? Bangun."

Pria itu melenguh pelan sebelum akhirnya ikut membuka kedua matanya. "Ck ganggu!" sewotnya lalu kembali terpejam dengan pelukan Langit yang semakin erat.

Dalam diam, Rainy tersenyum lebar dengan jantung yang sudah tidak karuan. Bahkan ia kembali merasakan tempat untuk berpulang dengan pelukan yang hangat. Ia berharap Langit secepatnya akan seperti ini. "Langit. I'm hungry." Sesungguhnya ia tidak rela lepas dari pelukan Langit, tapi perutnya sudah tidak bisa dikompromi lagi.

Selang beberapa detik, ia mendengar decakan dari Langit. Pria itu langsung melepas pelukannya lalu bangkit dari sebelahnya. Eum, berbagi ranjang dengan Langit tidak pernah buruk.

"Menyusahkan!" Geram Langit seraya keluar dari ruangan. Hal itu membuat Rainy mengernyit heran. Apakah Langit akan meninggalkannya?

"Ck, emang benar-benar si Raja Gengsi," gumamnya pelan dengan kedua mata yang menatap tubuh Langit keluar ruangan.

Selang beberapa menit, pintu kembali terbuka. Ia pikir Langit, ternyata kedua orangtuanya. Rainy menghela nafas sejenak. Apalagi wajah Mommy-nya terlihat khawatir, atau lebih seperti marah?

"Rain! Kamu sengaja buat Mommy panik? Iya?! Kalau kamu punya penyakit, bilang! Jangan buat Mommy seolah-olah jahat sama kamu, ya!" Murka mommy dengan kedua tatapan tajam pada Rainy yang kini hanya menundukkan kepalanya. Daddy mencoba merangkul bahu mommy untuk meredakan emosi mommy.

"Sayang, lain kali kamu bilang sama Daddy dan Mommy, jangan seperti ini. Daddy sama Mommy tidak mau kehilangan untuk ke dua kalinya. Kamu paham kan?" Ucap sang Daddy berusaha untuk mendinginkan suasana ruangan ini. "Hanya kamu anak satu-satunya yang kami punya."

Mendengarnya, Rainy tertawa miris dalam hati. Anak satu-satunya yang bahkan tidak pernah dilihat keberadaannya.

"Maaf. Rainy salah."

Mommy mengusap wajahnya kasar, "coba kamu contoh sifat kakak kamu Rain. Jangan egois seperti ini."

Rainy menarik nafasnya dalam-dalam lalu menatap wajah kedua orangtuanya. "Rainy enggak akan seperti ini kalau Mommy sama Daddy liat keberadaan Rainy! Enggak semua hal tentang kakak!" Ucap Rainy dengan nafas yang menggebu-gebu. Ia pikir, keadaannya saat ini akan mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya, ternyata semuanya sama saja.

Hal itu berhasil memancing amarah mommy, sampai-sampai ia mengangkat tangan kanannya guna untuk memberi tamparan pada Rainy, namun ada tangan yang menahannya. "Stop it please, or I can do more than this?" Geram Langit menatap tajam ke arah mommy.

Mommy menjauhkan tangannya dari Langit lalu menatap tajam pada Langit. "Kamu harus ingat, kalau kamu yang membuat semuanya seperti ini, Langit. Kamu yang membuat dia pergi selama-lamanya! Ingat itu!" Jleb. Ucapan mommy cukup menampar Langit secara tidak langsung. Rasa bersalah, penyesalan, kehilangan, semuanya menjadi satu saat itu juga.

Mommy beralih menatap kearah Rainy. "Dan kamu harus ingat, Rain. Sampai kapanpun, kamu tidak akan bisa mengisi hati Langit!" Setelah mengatakan kalimat panah tersebut, mommy keluar dari ruangan. Sebelum Daddy menyusul mommy, ia berusaha memberi satu kecupan di kening putri tunggalnya itu.

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang