Langit || 9

5.8K 258 109
                                    

WARNING CERITA RATE 17+ ⚠️

Mengingat berlatar belakang di Los Angeles, dan terdapat beberapa budaya sana, maka sangat tidak diperkenankan untuk dibawah umur.

Juga, kepribadian salah satu tokoh yang kasar dan temperamen.

⛔ Jadi, bijaklah dalam membaca cerita ⛔

***
Alex kini tengah berusaha menenangkan dan menghibur gadis yang sedari tadi termenung dengan air mata yang mengalir pelan. "Hey? Wanna play with me?" Tanya pria blasteran Jerman-Indonesia itu.

Gadis dengan rambut cepol atas itu menggeleng pelan. "I can't stop this feeling, Lex. I can't. If I can, I did it before," lirihnya bersamamu dengan linangan air mata. Dari tadi siang hingga sore ini, gadis yang tak lain Rainy itu tetap murung di apartemen Langit.

"Aku tahu kamu sangat mencintainya Rain, tapi kamu sadar bahwa dia menyakiti mu. Aku heran sama kamu, Rain. But if you need to take a rest, my shoulder for you here," ucap Alex tulus.

Rainy menatap Alex dengan mata sayunya. "Aku mau menyusulnya ke Indonesia." Ucapannya membuat kedua mata Alex melotot.

"ARE YOU SURE?! Don't you think it twice?! Se-cinta itu kamu sama dia Rain?"

"What should I do Lex? Aku memang bodoh. Bodoh karena masih bertahan mencintainya. Tapi aku enggak bisa ngebuang perasaan ku ke dia gitu aja."

Alex menyadarkan badannya ke sofa, memijit pelan pelipisnya. Ia tidak habis pikir dengan gadis di sebelahnya itu. Apa tidak ada lelaki lain selain Langit Hartigan? Oke kalau Rainy tidak memilihnya, tapi masih ada lelaki lain yang akan tulus mencintainya. Kenapa harus Langit yang Rainy pertahankan?!

Hening sekitar beberapa menit, Alex menuntun Rainy untuk menatapnya. "Look at me please, Rain," ucapannya, kini keduanya saling tatap. "Aku ada cara untuk memancing perasaan Langit ke kamu."

"Hah? Maksudnya?"

"Laki-laki akan seenaknya karena merasa dicintai dan dikejar-kejar seperti kamu ke dia. Tapi dia akan merasa kehilangan saat itu semua hilang," jelas Alex seketika Rainy mencerna ucapannya.

"Jadi aku harus?-"

"Stop perjuangin dia. Atau mungkin, aku bantu kamu buat mancing rasa cemburu dia. Eum may be, kita lebih dekat lagi untuk beberapa hari, dan kalau memang dia kepancing atau emosi ke kamu, fix! He loves you in the thurth."

***
Baru beberapa jam menginjakkan kaki di tanah air, bukannya pulang ke rumah, justru kini Langit tengah berada disebuah pemakaman umum. Tempat yang kini menjadi rumah orang-orang yang disayanginya, orang-orang yang membuatnya merasa sepi dan bersikap seperti ini.

Langit duduk diantara makam mama dan papanya. Tak peduli celana hitamnya menjadi kotor. Ia melepas kacamata hitamnya lalu melihat makam itu bergantian. "I miss you all, badly," lirihnya pelan. Rasa sesak di dada semakin menjadi, apalagi seluruh ingatan terhadap apa yang telah ia lakukan selama ini tanpa mereka.

"I'm sorry of all this fuck' shit I have made." Entah pembuatannya terhadap keluarga kecil itu, atau tentang sikapnya selama ini pada gadis bodoh itu. "Dunia ini jahat. Mereka yang udah ambil kebahagian itu. Jadi maaf kalau aku ngecewain mama papa." Setelah mengucapkan kalimat itu, Langit beranjak dari makam orangtuanya, lalu ia menuju satu makam lagi yang tidak jauh dari sana.

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang