Langit || 22

6.2K 292 6
                                    

Happy reading!!!

Jangan lupa ramein!!!

***

Rainy mengusap wajahnya dengan kasar, sedikit memberi pijatan di kepalanya yang semakin pusing. Satu yang harus ia sesali kini; Menerima panggilan telfon dari Langit bukan hal yang baik. Bahkan sangat buruk. Demi apapun lagi, ia tidak mau menerima panggilan dari Langit!

Ia menghela nafas pelan. Lalu beranjak dari ranjang, dan keluar dari kamar. Ia sontak terkejut saat mendapat putranya berada di ambar pintu kamarnya. "Kai? Ada apa sayang? Kenapa ada di sini?"

Kedua mata Kai sedikit memicing, seolah mengintimidasi mamanya. "Mama telfon sama siapa barusan?"

Rainy sedikit gelagapan. Ia menggeleng cepat. "Gak ada! Mama tadi lagi ditelpon sama mahasiswa mama."

Kedua alis Kai berkerut, membuat Rainy semakin was was. "Mama yakin? Mama enggak nyembunyiin apapun dari Kai kan?"

"Enggak sayang. Kamu ini kenapa suka curiga sih ke mama?"

"Aku cuma mau mastiin kalau mama baik-baik aja."

"Mama baik-baik aja sayang. Kai udah mandi belum? Udah ashar ini. Sekalian sholat gih."

Kai mengangguk pelan, membuat Rainy sedikit curiga. Pasalnya, Kai itu susah sekali untuk dibohongi dan selalu penuh intimidasi padanya. Bahkan, dulu ia pernah ada masalah di kampus, dan Kai mati-matian mendesaknya untuk jujur. Hal itu juga sama dilakukan saat Kai ingin mengetahui masalalu nya bersama Langit. Makanya, anak itu sangat sensitif dan murka kalau menyangkut seseorang di masalalu nya.

"Mama juga mandi. Daddy sama Alive mau ngajak dinner habis magrib."

Rainy sedikit terkejut. "Habis magrib? Kenapa mendadak banget Kai?"

Kai berdecak pelan. "Ma plis deh. Mama lupa kalau sekarang ini masih ashar? Mendadak apanya. Kai udah infoin sekarang."

Rainy meneguk ludahnya. Bener juga, tapi kan ... Masalah itu, sepertinya bisa ia atur.

"Hehehe maaf ya nak. Mama lagi banyak pikiran."

"Hm oke. Kai harap, mama berhenti mikirin pria itu lagi. Soalnya Kai gak suka."

Jujur, sebenernya ada sedikit rasa sakit saat Kai berkata demikian. "Tapi kan Kai—

"Gak ada tapi-tapian. Kai cuma mau mama bahagia. Apa salah ma? Udah ya, jangan buat Kai makin benci sama dia." Kai beralih memeluk mamanya lalu ia sedikit berjinjit dan mencium pipi mamanya. "I love you ma."

Kai. Maafin mama. Andai mama enggak egois ... Semuanya gak akan gini.

***

Pintu rumah terbuka lebar lalu muncul lah sosok Alive dengan rambut dikepang dua yang bergerak ke sana kemari karena sambil berlari kecil menghampiri Kai yang tengah membaca komik di ruang tengah.

"Kakak!" sapa Alive lalu disusul oleh Alex yang sudah berpakaian kasual; kaos panjang warna hitam dengan celana kain warna hitam.

Kai tersenyum lebar lalu menarik rambut Alive membuat anak gadis itu berteriak otomatis. "KAKAKKKK!"

Tawa Kai seketika pecah membuat Rainy yang baru keluar dari kamar itu langsung kaget. "Kai!" Peringat Rainy seraya membawa Alive ke dalam pelukannya. Ia duduk di sebelah Alex. "Maafin kakak ya sayang? Kakak kan emang jahil."

Bibir mungil Alive mengerucut sebal seperti bibir bebek. Membuat Kai lagi-lagi menariknya gemas. "Cepu banget!"

"Astaga Kaiiiii!" ucap Rainy geregetan melihat sikap jahil putranya itu.

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang