Langit || 6

7.5K 386 9
                                    

Hey! Happy reading! Maaf kalau lama nggak up, aku lagi nulis cerita lapak sebelah. Hehehe.

***
Sepasang kekasih tengah berhadapan dengan tangan sang pria merengkuh wajah perempuan berparas cantik dengan gaun putih yang elegan.

Sepertinya perempuan itu menangis, dan sang pria mencoba menenangkan perempuan yang dicintainya.

"Hey, aku sangat. Sangat. Sangat mencintaimu. Aku tidak akan mencintai yang lain. Aku tidak akan pernah membuka hati ku untuk yang lainnya."

Rainy yang melihat itu langsung mengernyit, ia seperti mengenali kedua sosok yang tidak jauh dari tempat  ia berdiri.

Langit? Lily?

Bahkan, saat aku sudah berada di alam lain, Langit masih tidak bisa mencintai ku? Bahkan dia tidak mencari, atau menangisi kepergian ku?

Langit meraih kedua tangan Lily, lalu dituntun menuju dadanya. "Hati aku cuma buat kamu. All of my heart, Ly. I never lose my love for you."

Lily tersenyum lebar. Sedangkan Rainy menangis sehancur-hancurnya.

Kemana ia harus pergi? Agar rasa sakit ini tidak selalu ia rasakan.

***

"Rain? Rainy? Hey! Wake up please."

Dengan kelopak mata yang mengerjap pelan, Rainy dapat mendengar namanya dipanggil-panggil. Alam yang mana lagi ini Tuhan? Kenapa ia mendengar suara sang mommy?

Tolong, ia tidak ingin berada di dunia lagi. Ia sudah tidak memiliki dunia lagi, dunia yang benar-benar menerima dirinya.

"Rain? Can you hear Mommy? Please wake up. I love you, dear."

Karena rasa pusing yang menghantam kepalanya, kelopaknya mengerjap pelan, lalu terbuka sempurna. Ia langsung mendapati Daddy dan Mommy yang begitu khawatir padanya.

"Kamu kenapa bisa pingsan sayang? Kamu sakit apa?"

Rainy pusing mendengar rentetan pertanyaan dari mommynya, hatinya juga tak kalah sakit menerima kenyataan bahwa sang mommy tidak tahu apapun tentangnya. Memang lebih baik begitu.

"Kata dokter, kamu mengalami alergi? Iya?"

"Mom, sorry. I want to take a rest. Plis leave me alone here, okay?" pintanya begitu lirih. Tanpa memaksa lagi, sang mommy memilih keluar dari ruangannya.

Saat dirinya sudah sendiri, ia menatap langit-langit ruangan dengan batin yang terus bersuara. Kenapa aku masih hidup? Kenapa Tuhan tidak ambil nyawanya saja? Kenapa ia harus kembali menelan pahitnya dunia ini?

Bahkan saat dirinya berada dalam kondisi seperti ini, Langit—sosok ia sedari tadi ia harapkan kehadirannya itu benar-benar tidak ada di sisinya. Rainy tertawa kecil, "it's only dream that never  be true," gumamnya.

Selang beberapa menit kemudian, suara pintu yang terbuka mengalihkan pandangannya, entah mengapa ia masih berharap kalau yang masuk itu ....

"Alex?" Ternyata Alex, bukan Langit.

Ia melihat raut wajah Alex yang tampak khawatir, "hey. Oh God! What's happen with you, Rain?!" tanya Alex meletakkan barang bawaannya di meja lalu duduk di kursi sebelah brankar. Tangannya bergerak menyisir surai Rainy.

"I'm okay."

"Tell me the truth. Kenapa kamu bisa seperti ini Rain? Kamu sakit apa?"

Sekuat apapun Rainy, seteguh apapun pendiriannya, ia juga lemah. Ia juga ingin menangis di hadapan orang yang berkenan memberikan bahu untuknya. Hingga akhirnya ia menangis tanpa suara di depan Alex.

Langit [END ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang