[10] untuk hut sekolah

1.8K 139 9
                                    

Kedua orang tua Jay tidak diduga pulang cepat, alasannya karena Jay sedang sakit dirumah. Jay pikir mereka tidak akan memperdulikannya, biasanya juga Jay dirumah bersama bibi dan mereka akan pulang larut seperti biasa.

Mama Jay menyempatkan diri untuk memasak dan dibantu oleh Alea, keduanya memasak makan malam sederhana hanya sop tom yam dan ayam goreng.

Pemandangan ketika Alea dan Mama-nya memasak tentu tidak dilewatkan oleh Jay, pemuda itu berdiri ditengah pintu dapur sambil menghalukan banyak hal.

Dasar Jay.

"Lea aaaa..."

Jay mendekatkan wajahnya pada Alea yang bernotaben duduk disampingnya. Satu tangannya berada diatas meja untuk menopang dagu dengan mata terpejam dan mulut membuka lebar.

"Jay kamu kenapa sih?" Alea tersenyum canggung pada kedua orang tua Jay yang memperhatikan mereka berdua, ditambah Mama Jay terlihat menahan senyuman.

"Mau makan kalo kamu suapi, buruan Lea capek aku mangap terus.."

"Gak lucu Jay." Alea tersenyum lebar tapi matanya melotot tajam menatap Jay.

"Perasaan Papa dulu gak kayak kamu deh waktu masih pacaran." James—Papa nya Jay menatap sinis anaknya membuat Jay beralih menatap sang Papa.

"Kita 'kan hidup di jaman yang beda Pa, ya bedalah masa aku harus kolot kayak Papa." sungut Jay yang tidak kalah sinis menatap Papanya.

"Baru juga mau hidup kamu Jay, sok banget." balas Papanya.

"Udah Papa tuh diem aja, sana Papa makan apa mau disuapi Mama?" Jay tersenyum jahil namun James sama sekali tidak berminat menatapnya lagi.

"Jay," peringat Alea diikuti cubitan yang mendarat dipaha Jay, "Buruan dimakan."

"Mau makan kalo disuapi aaa.."

Wajah Alea merah padam apalagi mendengar cekikikan kecil dari Mama Jay. Jika saja hanya ada mereka berdua, sudah habis Jay Alea cubit.

"Yaudah sini." Alea menyuapi nasi yang berada dipiring Jay membuat pemuda itu tersenyum seketika dengan pipi yang menggembung.

"Kamu mau aku suapi juga?" tanya Jay disela-sela kunyahannya, "Mau ini? Aaa dong." Jay hendak menyuapi Alea udang namun gadis berwajah bulat itu malah mengatupkan mulutnya.

"Kok gak mau? Makan sini biar gak sakit."

"Aku makan sendiri." Alea menarik sendok ditangan Jay namun Jay menahannya.

"Gak, gak sini aku suapi."

"Jay, kamu bisa gak, gak usah ganggu Alea?" tegur Mama nya.

"Siapa yang ganggu sih Ma? Aku ini belajar jadi suami yang baik."

"Suami-suami, gak ada malu banget kamu ngomong gitu." meski Jay itu anaknya sendiri, James sering merasa kesal dibuatnya, kadang pria paruh bayah itu berniat menjual Jay dipasar ikan.

"Bisa-bisa nya kamu betah sama dia Al, Mama sih kalo ketemu cowok macem Jay udah Mama dorong ke jurang."

Jay melotot mendengar perkataan Mama nya sendiri.

"Ma, Mama gak dukung masa depan anak Mama?" tanya Jay kesal.

Mama Jay hanya menggelengkan kepala, "Kasihan Alea Jay, mana mau dia nikah sama kamu kalo kamu modelan kayak gini."

Jay menegakkan tubuhnya dan menaruh sendok tadi diatas piring, keningnya yang masih ditempeli gel penurun panas mengerut, "Kenapa gak mau? Aku ganteng, pinter, multi talent, banyak duit, bisa main basket, famous, jago berantem dan yang paling penting aku bisa buat Alea nyaman."

Posesif || Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang