Sinar matahari diam-diam mengisi ruang perpustakaan melewati celah jendela yang terbuka cukup lebar. Membawa kehangatan dan aroma tanah lembab yang usai diguyur oleh hujan sepagian lamanya.
Perpustakaan masih menjadi tempat yang sering dilewati oleh banyak siswa, ketimbang duduk membaca buku di ruangan sunyi yang membosankan, para siswa memilih bermain dilapangan atau berkumpul dikantin.
Bukan hanya untuk belajar, kadang tempat sunyi dan kedap suara itu juga menjadi pelarian bagi mereka yang kalut dalam masalah, sedikit menjauh dari hingar bingar manusia mungkin akan mengistirahatkan otak dengan perlahan.
Hal itulah yang Alea lakukan, terus mencoba menghindar dari kenyataan yang tidak mau dia terima tentang bagaimana pemuda itu mengakhiri segalanya, padahal dia sendiri yang sudah berjanji akan menyeimbangkan langkah Alea.
Sudah hampir seminggu tidak melihat Jay, dan pemuda itu juga tidak mengabarinya lagi, terakhir pada minggu pagi ketika dia menawarkan akan mengantarkan sepatu milik Alea. Namun baik Jay ataupun teman-temannya terlihat hilang begitu saja.
Mustahil jika Alea tidak menaruh harapan untuk tahu bagaimana kabar Jay, seribu kalipun dia mencaci maki Jay, dirinya sudah terlampau jatuh pada pesona dan kenyamanan yang Jay berikan seolah pemuda itu bermain curang karna bisa menawarkan perasaan itu tanpa perlu bersusah payah berusaha. Buktinya, Alea masih mencari perasaan nyaman yang pernah Jay berikan secara cuma-cuma.
"Apa Jay beneran udah keluar?" monolog Alea.
Buku biologi didepannya bukan lah objek penting sejak awal, sebab Alea lebih banyak melamun dibandingkan membaca.
"Seharusnya kamu berusaha buat minta maaf ke aku, bukannya ngilang kayak gini." Alea sempat berdecih, mana mungkin Jay mau mengakui kesalahannya kecuali terus mengutamakan ego nya sendiri, "Iktikad baik apa yang aku tunggu dari kamu Jay."
Dia pun berdiri, hendak menaruh kembali buku yang tidak dibaca tadi. Mungkin selanjutnya pulang ke kelas dan menikmati susu kotak berperisa pisang yang Sera berikan, itu sama sekali tidak membangkitkan gairah Alea. Dia ingin yogurt stroberi yang biasa Jay belikan.
"Sini biar gue bantu."
Mata Alea langsung menyorot pada pemuda yang mencoba mengambil alih buku ditangannya, Junho datang tiba-tiba.
"Gue bisa." tolak Alea berusaha untuk menghindari Junho juga.
"Lo gak harus menghindar dari gue juga Al." Junho menarik buku tersebut dan menaruhnya di rak buku bagian atas.
"Gue cuma kecewa Ho."
"Karna apa? Gue nutupi semua tentang Jay?"
Alea diam.
"Dan lo pikir itu kesalahan gue? Mau gue tutupi atau enggak, semua yang mau Jay lakuin bakal tetep dia lakui."
Perkataan Junho agaknya benar, dia seharusnya tidak terlibat dalam hubungan Alea dan Jay. Kemungkinan Junho juga hanya menuruti semua perkataan Jay.
"Gue datang bukan buat minta maaf atas kesalahan Jay. Gue cuma mau lo berhenti menghindar."
"Gue emang menghindar dari semua orang, gue jengah denger omongan mereka yang selalu bahas tentang Jay."
"Kalo gitu gue gak akan bahas apapun tentang Jay."
Alea menatap Junho penuh tanda tanya, tidak paham dengan maksud pemuda berwajah tegas didepannya.
"Itu Alea!"
Atensi Alea teralih saat suara ceria Jisung menyebut namanya, disana ada Jisung yang sedang melambaikan tangan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif || Jay ✓
Fanfiction[Enhypen Fan Fiction] Jay benar-benar mencintai atau hanya terobsesi. [written by miyehan, 20 Agustus 2021]