[30] jay lagi

833 70 4
                                    

.......

Dilapangan itu, kurang lebih ada lima belas siswa yang terlambat, mereka berdiri membentuk barisan rapi dan siap untuk melaksanakan hukuman mereka. Begitu Heesung—selaku siswa yang menjabat sebagai ketua OSIS plus ketua kedisiplinan memberi aba-aba, semua siswa langsung berlari berurutan, tak terkecuali Alea yang langsung berlari dengan beban sekolah di punggungnya dan diikuti oleh Jay yang langsung mengejar Alea agar langkah mereka sama dan selaras.

Merasa bayang-bayang seseorang disampingnya, Alea menoleh sekilas kemudian memalingkan wajah seolah tidak perduli, meski sebetulnya rasa penasaran sudah memenuhi benaknya terkait keberadaan Jay yang kembali terlihat disekolah.

Tentunya rasa tidak nyaman dan gusar membalut hati Alea menimbulkan kebingungan untuk tetap diam atau bersuara, sebab kaki nya yang melangkah diatas pijakan kecanggungan bersama Jay sudah mulai terasa berat.

"Tas kamu berat? Biar aku yang bawa." Jay menawarkan, yang mana hanya dibalas gelengan kepala dari Alea.

Tanpa obrolan sedikitpun, rupanya sudah cukup lama mereka memutari lapangan sekolah, buktinya dengan keringat yang mulai membasahi seragam sekolah dan napas yang sudah tidak teratur lagi. 

Alea memperlambat langkahnya, mencoba untuk menetralkan deru napasnya sembari meringankan rasa sakit diperut. Sejauh ini pula Jay masih menyamai langkahnya, tapi Alea masih berpura-pura tidak perduli dan melanjutkan lari kecilnya meski sesekali meringis karena perut nya yang sakit.

Jay menyadari hal itu, meski mulutnya tidak berucap tapi mata tajamnya melirik Alea berulang kali tanpa gadis itu sadari.

"Masih ada 5 puteran lagi, kuat?" tanya Jay yang berjalan dibelakang Alea, "Kalo gak kuat, bilang aja hukumannya ganti bersihin toilet, nanti aku yang bersihin. Istirahat dulu, kamu pucet Lea." suruh Jay sambil memperhatikan wajah pucat dan bibir Alea yang kering.

"Kalo kamu capek, kamu aja, aku masih sanggup." tolak Alea acuh.

Jay menghela napas, sebenarnya dia juga masih sangat sanggup dan jika mau dia bisa menyelesaikan lima putaran lalu kembali ke kelas tanpa Alea. Dan Alea tahu Jay khawatir, sebab bukan baru kemarin dia mengenal seorang Jay Park.

Membiarkan Alea pada keputusannya, pemuda berahang tegas itu tidak membantah sama sekali, dia masih berlari disamping Alea yang sudah sangat lelah.

"Kamu udah makan belum sih?" tanya Jay disertai lirikan dari ekor mata kanannya, mulutnya tidak bisa diam sama sekali.

"Gak sempet."

"Habis ini ke kantin dulu."

"Aku baik-baik aja, gak usah peduliin."

"You're not well, bibir kamu kering, jelas kamu gak baik-baik aja."

"Karna pelaku nya kamu," sarkas Alea disertai lirikan malas, "Oh atau kita gak usah pake aku-kamu lagi?"

Alis Jay mengerut tidak suka, "A-apa hubungannya? Kita udah terbiasa sama itu Lea."

"Tapi semuanya udah berubah Jay, lupa ya?"

Tubuh Jay sedikit tersentak, mendengar ucapan dan reaksi Alea.

Sampai tiba-tiba Alea hampir terjatuh, dengan sigap Jay menarik lengan kiri Alea dan satu tangannya lagi menyanggah tubuh depan gadis itu agar tidak ambruk di lapangan. Tubuh Alea terasa lemas karna meski sudah ditahan oleh tangan Jay, dia tidak bisa menopang berat tubuhnya sendiri sehingga dia hampir ambruk lagi.

"Kamu gak papa?" tanya Jay khawatir, belum sempat Alea menjawab Jay melanjutkan ucapannya, "Udah ah Lea jangan batu, aku bilang ke guru BK kalo kamu gak sanggup."

Posesif || Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang