[19] jay's sky

1.3K 98 5
                                    

"Lo beneran sakit?" Kai menyentuh dahi Jay yang ternyata memang agak panas.

"Kamu nanya?" tanya Jay malas lalu mendengus, "Kalo gue sehat, gue bakal mandi pagi tadi." jawab Jay ketus.

"Jadi lo belum mandi?!" Kai berekspresi terkejut namun sepersekon kemudian dia tercengir, "Sama sih, gue juga gak mandi pagi tadi langsung aja pake baju sekolah."

Menyingkirkan tangan Kai dari dahinya, pemuda bermarga Park itu menatap Kai dari atas sampai bawah, "Perasaan tiap hari begitu."

"Hehe.."

Kasihan sekali Jay, sudah didiamkan Alea, ditinggal Mama dan Papa-nya kerja, sakit lagi untung dia masih mempunyai teman-teman yang baik hati lagi budiman. Jadi sepulang sekolah mereka langsung menjenguk Jay.

Jay menggosok-gosok hidungnya gatal, sedari tadi dia terus bersin karena sedang flu.

"Kemarin lo baik-baik aja, kenapa tiba-tiba sakit?" tanya Kai yang beralih mengupas kulit jeruk dan membuangnya dilantai.

"Mana gue tau, namanya juga kuasa Tuhan, gak ada yang bisa nebak." jawab Jay.

"Berarti kalo lo tiba-tiba mati, kita-kita gak perlu heran ya." terka Kai tanpa dosa.

Kedua mata elang Jay langsung melotot, dia meraih remot ac yang berada diatas nakas dan melemparnya pada Kai. Kurang ajar doanya.

Tiba-tiba saja raut wajah Jay berubah menjadi sendu. "Gue kangen Alea, Min lo ada saran gak?" Jay beralih pada Kangmin yang duduk lesehan dilantai—sibuk mengoles roti dan selai.

"Diemi aja, nanti Alea heran dan bertanya-tanya kenapa lo diemin dia."

"Itu mah gak gentle tolol!" Eunsang menoyor kepala Kangmin.

"Gue dulu pas berantem sama pacar gue begitu kok." balas Kangmin.

"Terus baikan?" tebak Kai dan Eunsang.

"Enggak sih, langsung diputusin." Kangmin jadi bernostalgia 'kan.

"Hahahaha! Sok banget emang lo pacaran sama siapa?" tanya Kai mengejek.

"Cowok."

"Buset lo beneran homo?!" teriak Kai heboh.

"Ya enggaklah anjg! Serius amat idup lo kek Junho."

Yang disebut namanya hanya diam menyimak—berkamuflase menjadi dinding.

"Ckck, By the way temen laknat kalian jenguk gue gak bawa buah tangan gitu?" tanya Jay.

"Itu yang mereka makan buah tangan buat lo." Junho berucap sambil melihat lantai kamar Jay yang berserakan, tumpahan selai, susu, botol minuman, kulit jeruk semua tercecer dilantai.

"Oh iya, tadi si Clara katanya mau kesini." ucap Eunsang tiba-tiba.

"Dan kalian ajak?!" Jay langsung emosi dan hampir melompat dari atas ranjang.

"Eggaklah bisa hancur rencana gue!" kemudian Eunsang tersenyum miring mengundang kecurigaan teman-temannya.

"Lo punya rencana apa? Jangan ngadi-ngadi lo, gue masih kuat buat nyepak lo ya Sang." tunjuk Jay dengan mata melotot.

"Habis ini lo bakal makasih sama gue!" Eunsang dengan songongnya berjalan keluar kamar Jay menyisakan mereka yang saling menatap satu sama lain.

Mungkin hampir 10 menit Eunsang diluar, tidak ada yang perduli. Sampai pintu kamar kembali terbuka, kali ini Eunsang tidak datang sendiri melainkan bersama seorang gadis dengan wajah bulat, dan mata monolid yang cantik. Rambutnya dikepang kesamping, terlihat lebih ayu dari biasanya.

Posesif || Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang