[39] the fact

732 36 4
                                    

Jay kembali dengan tongkat, kondisi kaki dan bahunya belum sembuh total jadi dia diharuskan menggunakan tongkat untuk mebantunya melangkah. Jika ditanya sulit, tentu saja apalagi bagi orang yang tidak terbiasa seperti Jay, itu memuakkan. Dia terlihat menyedihkan.

Sejak kedatangan Jay kembali ke sekolah, Alea belum menyapa Jay sama sekali jadi ketika jam istirahat, dia menyempatkan diri untuk menemui pemuda itu dikelasnya. Dan ketika masuk, sudah ada rombongan Jay juga Clara disana, ragu-ragu Alea mendekati kursi Jay.

Namun melihat Jay yang tidak bereaksi apapun membuat dahi Alea sedikit mengernyit, ditambah wajah dingin Jay yang memandangi dirinya cukup lama.

"Yuk keluar," Eunsang mengajak Kai dan Kangmin menjauh dari mereka berdua, lalu meneriaki Clara yang masih berdiri disana, "Lo ngapain Cla masih disitu, buru keluar!"

Clara berdecak kesal mendengar titahan Eunsang, dengan rasa penuh tidak suka Clara berjalan pergi dan sengaja menubruk bahu Alea cukup keras hingga Alea sedikit mengaduh sakit.

"Kenapa gak muncul dirumah sakit?" tanya Jay begitu memastikan hanya ada mereka berdua.

"Aku ada disana Jay, tapi selalu ada Giselle." jawab Alea pelan.

Tidak ada balasan dari Jay.

"Aku tiap malem mikirin keadaan kamu tapi aku terlalu takut ketemu sama kamu."

Mata Alea bergulir kearah lain mencoba mencari topik karena Jay sendiri terlihat diam seperti tidak ada yang bisa dibicarakan, "Sudah makan?"

Jay mengangguk.

"Mau keluar gak? Aku bantu."

Tawaran Alea dengan maksud agar pemuda itu tidak bosan dikelas, rupanya tertolak sebab Jay menggeleng pelan. Jay memilih dikelas.

Alea memaklumi tolakan Jay, "Berapa lama kamu pake tongkat?"

Enggan menatap Alea, Jay menatap kedua kakinya yang terlihat baik-baik saja, "Gak sampe sebulan, kalo kaki aku gak ngilu lagi, jalannya lancar."

Kedua mata bulat itu juga ikut memandang kaki Jay, "Maaf ya Jay, aku banyak gak adanya buat kamu. Giselle yang selalu ada sama kamu," Alea mencoba tersenyum meski Jay masih belum menatapnya, "dan kayaknya aku gak perlu ngingetin kamu untuk istirahat sama minum obat, tapi kalo kamu butuh apa-apa bilang aja ke aku."

"Soal hubungan kita, aku mau kita balikan Jay. Aku gak bisa paksain perasaan aku buat Sunghoon. Aku mau kamu jadi bagian setiap hari aku Jay bukan Sunghoon."

Alea memilin roknya, berusaha mengendalikam emosi yang meluap dalam kepala.

"Sama kamu sakit, tapi gak sama kamu jauh lebih sakit." ujarnya getir.

Alea sudah memikirkan hal-hal ini sebelumnya, bagaimana Jay masih mendominasi. Dan dirinya tidak bisa denial lagi, sedikitpun Alea tidak bisa menaruh perasaan pada Sunghoon meski dia tahu bahwa Sunghoon sangat baik, yang selalu memastikannya baik-baik saja.

Sekali lagi Alea ingin Jay.

"Jay?" Alea menatap Jay penuh tanya atas kebungkaman pemuda itu, seolah menganggap Alea tidak berucap apapun dari tadi.

"Kamu gak ke kelas aja? Aku harus nyusul catatan yang ketinggalan." sindiran halus dari Jay membuat hati Alea mencelos hampa. Kenapa tingkah Jay berubah hanya dalam beberapa putaran minggu.

Belum sempat bertanya, Jay sudah beralih membuka buku catatannya dan menyalin catatan dibuku lain.

'Mungkin kamu butuh waktu, atau marah. Tapi sebegitu gak mau nya kamu ketemu aku? kenapa Jay?'

"Aku gak marah, selagi kondisi aku belum baik-baik aja, aku gak mau nyusahin kamu." ucapan Jay seolah menjawab pertanyaan dibenak Alea, namun tetap saja Alea merasa demikian sebab tidak ada gurat antusias diwajah Jay sejak awal mereka bersitatap. Padahal terakhir kali Jay sangat suka berjalan bersamanya.

Posesif || Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang