[43] ending

1.2K 44 5
                                    

Sunghoon siap berangkat ke akademi militer, tempat nya mengenyam pendidikan militer tentunya pelatihan fisik yang keras akan menjadi tantangan baru bagi Sunghoon. Dirinya tidak menduga akan masuk kemiliteran, berhenti bermain gitar dan tidak bernyanyi lagi.

Hidup memang kadang tidak sesuai rencana, tapi tawaran sang ayah untuk menjadikannya seorang aparat militer bisa dia terima tanpa menimang banyak keraguan.

Setelah membenarkan sepatu hitamnya dengan baik pada kedua kaki, Sunghoon menggendong tas hitam besar dipunggungnya. Kemudian berpamitan dengan sang Mama dan Papa.

"Hati-hati ya, jangan lupa sering-sering telepon Yeji." ujar Mama nya.

"Bukannya Mama yang mau ditelepon terus?" tuduh Sunghoon bergurau, mentang-mentang Yeji tidak bisa ikut mengantar, Mamanya itu memakai nama Yeji untuk menutupi gengsi.

"Itu tau!" Mama nya memukul bahunya pelan, "Pokoknya jaga diri ya sayang."

"Papa sama Mama gak usah khawatir, Sunghoon selalu bisa dipercaya dan bisa jaga diri." ucap Sunghoon meyakinkan.

Jake yang ikut mengantar distasiun kereta api pun menyahut, "Kalo pulang kabarin gue, kangen tau!" Jake memukul lengan kiri Sunghoon.

"Lebay, kek cewek!"

"Siap cowok!" Jake memberikan gerakan hormat pada Sunghoon, hingga pemuda berkulit pucat itu tertawa dibuatnya.

"Ayo semangat dong Hoon, letoy amat!" Jake memijat-mijat kedua lengan Sunghoon bermaksud temannya itu sedikit bertenaga termasuk menanggapi candaannya, "Ketawa aja lemes."

"Gue masih nunggu satu orang." Sunghoon berucap tanpa menatap Jake, sebab matanya memperhatikan kedua orang tuanya yang menjauh dan mengobrol dengan seseorang, yang Sunghoon tebak kenalan sang Papa.

"Menurut lo sebelum gue pergi, dia nemuin gue gak?" tanya Sunghoon tanpa memberi tahu spesifiknya.

Jake menggaruk kepala, "Gak tau, bukan peramal," kemudian dia menghela napas, "Udahlah pilihan dia emang Jay, lo jangan begitu, Alea baik-baik aja kok. Lo juga harus baik-baik aja."

"Yang bilang gue gak baik-baik aja siapa, gue cuma nanya."

"Nyenyenyenye!" ejek Jake, "Baik-baik aja, tapi nangis."

"Manusiawi itu Jake, cowok kan juga punya hati."

"Iya iya, semoga cepet move on, cape jadi backburner. Sama Alea lo second choice mulu."

Sunghoon mengangkat tangannya hendak menjitak Jake, "Itu pilihan gue, lo ngatain mulu perasaan."

"Sorry ya, soalnya gemes sendiri, nanti gue bakal jarang iseng sama lo."

Sunghoon tersenyum miring melihat ekspresi wajah Jake, "Lo pasti mau nangis, ngaku!" tudingnya kemudian.

"Makanya gue iseng!"

"Gue pulang kok, gue juga mau liat lo sama Sera nikah kali, jangan berlebihan kek begitulah baru akmil ini belum nugas perang!" Sunghoon tertawa mengejek sembari memukul bahu Jake yang terbalut kemeja navi.

"Keretanya mau berangkat, mau nitip apa pas gue pulang?"

"Nitip boti," ketus Jake, "Gak usah sok-sok an nitip-nitip, lo tuh akmil bukan buka jasa jastip, yang penting lo pulang nanti kita langsung reuni."

"Hahaha, sehat-sehat lo, jangan keseringan nganggurin Sera," Sunghoon beralih melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya disana, "Bye!"

Setelah itu Sunghoon mengangkat tasnya dan berbalik badan bersiap masuk kedalam kereta, kakinya menjejaki lorong kereta mencari kursi yang akan dia duduki. Sunghoon menaruh bawaannya di kabin atas dan mendudukkan diri dengan nyaman, mencari ketenangan dibalik perasaannya yang menggebu-gebu tak menentu ingin sesuatu.

Posesif || Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang