[27] teman lama

972 71 16
                                    

Plak

James menampar wajah Jay dengan kuat, melampiaskan amarahnya lewat pukulan yang belum cukup meredam emosinya.

"Papa malu Jay!"

Pulang dari luar kota, mendapat telepon dari pihak sekolah mengenai masalah putra tunggalnya—Jay, James benar-benar hilang kesabaran. Dan tadi dia hampir memukul bahu Jay dengan tongkat golf namun Mama Jay menghalanginya, wanita itu memegangi tangan James dan memohon agar anaknya tidak dipukuli.

"Kamu kalo bukan anak Papa, udah Papa buang sejak lama, kamu itu setiap hari bikin malu dan nyusahin! Harus dengan cara apa Papa didik kamu Jay? Seharusnya kamu paham, orang tua kerja demi kamu seharusnya kamu bisa bawa diri." oceh James dengan suara yang meninggi.

"Siapa coba yang gak capek ngadepin kamu, bahkan Kakek Nenek kamu aja gak sanggup, Papa yakin itu."

Jay masih diam dan menunduk, dia tidak berani menatap James.

"Kapan kamu jeranya? Setiap dimarahin kamu malah ngelawan, dan Mama kamu selalu belain kamu. Ini hasil dari selalu dibelain, makin gak berguna!"

Tangan Jay terkepal begitu James menyebutnya 'tidak berguna' mengapa rasanya sangat menyakitkan? Sebenarnya Jay hanya butuh validasi atas apa yang telah dia lakukan.

"Sekarang mau gimana kamu ha? Nama orang tua kamu udah jelek, kamu sama Giselle malu-maluin keluarga. Inilah kenapa Papa dari dulu lebih suka Sunghoon dari pada kamu—"

"Papa!" Jay kini menatap James dengan tajam, "Jangan bandingi aku sama Sunghoon, jelas aku sama dia beda."

"Lihat, gimana Papa gak bandingi kalian, kalian besarnya sama-sama tapi kenapa pribadi Sunghoon lebih baik dari pada kamu?"

"Udah Pa jangan diterusin, kasihan Jay." Mama Jay melerai namun James mengabaikannya.

"Putusi Alea." tanpa James suruh pun, Jay sudah putus dengan Alea.

"Kok kamu malah nyuruh Jay putus sih sama Alea?" Mama Jay tidak setuju. Biar bagaimana pun sejak berpacaran dengan Alea sifat Jay perlahan berubah menjadi lebih baik, bahkan banyaknya bungkam Jay sekarang adalah perubahan yang Alea bawa.

"Terus kamu berharapnya apa? Alea mau nerima Jay?" James kini beralih menatap Jay lagi, "Jauhi Alea dan perbaiki diri kamu."

Mata Jay sudah memerah, dia lebih baik di pukul dengan tongkat golf seperti sebelumnya dari pada dihujami kata-kata menyakitkan seperti itu. Jay memilih pergi dari sana.

"Jay jangan lari dari masalah kamu!"

Suara James yang meneriaki Jay tidak digubris sama sekali, pemuda itu hanya fokus pada satu tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi.

Suara James yang meneriaki Jay tidak digubris sama sekali, pemuda itu hanya fokus pada satu tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jay menatap kosong danau di depannya, danau belakang sekolahnya dulu. Dia terus memikirkan perkataan James juga semua orang yang menghujatnya disekolah. Petisi untuk mengeluarkan Jay dari sekolah juga sudah dibuat, kesalahan Jay bukan hanya mencoreng nama baik keluarga tapi juga nama baik sekolah.

Posesif || Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang