(32) : Selalu Ada

44 1 0
                                    

Min, 24 Okt 2021

🍑

"Ada apa sih? Lesu banget, baru pulang sekolah juga."

Sore ini Atlas mengomentari perilaku Nuka yang tampak tak bersemangat saat berkumpul di ruang keluarga bersama. Seperti yang dikatakan Atlas, Nuka baru saja pulang dari sekolah dan masih lengkap dengan baju seragamnya ketika ia bergabung dengan Atlas yang sedang bersantai. Melihat cemilan yang sedang dinikmati oleh Atlas, Nuka langsung merampasnya tanpa permisi.

"Eh, itu punya gue!" ucap Atlas tak terima.

Namun Nuka tak mempedulikannya sama sekali. Ia lanjut mengunyah sambil menonton TV tanpa minat.

Melihat itu, dahi Atlas semakin berkerut bingung. Anak ini ada masalah apa lagi sih? Bikin ribet, masalahnya kalau sudah begini mau tak mau Atlas jadi harus ikut campur. Kembali ia mengutarakan satu kalimat berisi pertanyaan. "Kenapa lagi lo? Ada masalah lagi di sekolah? Kali ini soal apa?"

Beberapa detik menunggu, tak ada balasan dari Nuka. Cowok itu dengan santainya malah sibuk mengemil sambil memperhatikan TV. Belum sempat Atlas bereaksi karena pertanyaannya tak dijawab, Nuka tiba-tiba mengembalikan bungkus wafer kepadanya, mengambil tas lalu beranjak menuju kamarnya tanpa sepatah katapun yang ia keluarkan.

"Dasar aneh!" Atlas tak bisa menghentikan mulutnya untuk tak mengomel.

Setelah kepergian Nuka, cowok itu kembali mengemil sambil mengutak-atik ponsel, tak menghiraukan suara tv yang kali ini balik menontonnya. Bodoamat tentang Nuka yang lagi galau itu, paling jauh juga dia begitu karena Zee dan keputusannya untuk tetap berbohong atau tidak.

Seketika Atlas membelalakkan mata saat menyadari hal itu. Oh astaga, dia hampir lupa tentang kasus Nuka satu itu. Apa perilaku aneh Nuka itu karena dia sudah mengaku pada Zee? Dibenaknya kali ini muncul berbagai pertanyaan. Melihat dari raut mukanya yang sama sekali tak terlihat aura kebahagiaan tadi sepertinya dugaannya tidak seratus persen salah. Kalau begitu, Nuka sekarang sedang butuh hiburan. Atlas jadi penasaran bagaimana hal itu terjadi, dia punya banyak pertanyaan untuk diinterogasi ke Nuka.

Namun belum sempat ia berniat untuk menyusul Nuka ke kamarnya. Cowok yang sudah menyalin bajunya dengan kaos kasual yang sehari-hari dipakainya di rumah itu kembali ke ruang keluarga. Kali ini dengan langkah yang lebih cepat.

"Kak Atlas, tolongin gue!"

Nuka dengan cepat mengambil posisi di samping Atlas dengan raut cemas. Sementara Atlas yang melihat itu pun semakin menguatkan keyakinannya kalau apa yang sedetik lalu ia pikirkan benar terjadi.

"Kenapa lo?" tanya Atlas akhirnya. Sambil menunggu Nuka melanjutkan pembicaraannya, ia memasang telinga baik-baik.

"Tolongin gue. Gue bener-bener harus cari cara biar Zee nggak salah paham tentang yang gue lakuin ini. Bantuin gue cari cara, Kak."

"Maksud lo? Jadi lo belum bilang apa-apa ke Zee?"

Nuka menggeleng cepat.

Ah. Atlas menghela napas, antara kecewa karena dugaannya salah sekaligus merasa cemas karena tampaknya Nuka sudah setertekan itu menghadapi masalahnya. Atlas melirik keponakannya sinis, seharusnya ini semua nggak bakal terjadi kalau anak itu nggak bohong dari awal. Dia yang berbuat dan malah memperumit keadaannya sendiri. Tapi kalau Atlas tidak membantu, yang ada malah Nuka akan terus-terusan bersikap seperti ini padanya.

Bikin pusing aja.

"Terus, kalau lo belum bilang apa-apa ke Zee, kenapa muka lo kusut begitu daritadi?"

Nuka terdiam. Dia tidak tahu harus jujur atau tidak kalau belakangan ini Zee senang sekali berkeliaran di otaknya. Nuka yang notabene adalah anak baru dan hanya menghabiskan waktu dengan satu orang di sekolahnya itu tidak bisa mengelakkan kehadiran Zee yang sudah terlampau jauh masuk ke dalam hidupnya. Belakangan ini juga ia tidak bisa menghindari tatapan mata Zee, melihatnya mengomel saat menjelaskan bukan sesuatu yang menjengkelkan lagi, anehnya dia malah menantikan saat-saat Zee berbicara panjang lebar.

NUKA ZEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang