(12) : Perkara Bawang

36 2 0
                                    

Rab, 20 Mei 2020

🍑

Bu Kamila berdiri dari bangkunya ketika selesai membagikan kelompok untuk memulai praktek biologi tentang pengamatan sel pada bawang merah. Beberapa buah mikroskop sudah tertata rapi di atas meja yang di susun berkelompok. Sesuai nama kegiatannya, pengamatan unit terkecil dari makhluk hidup itu sudah pasti memerlukan mikroskop agar lebih memudahkan mereka meniliti.

Zee sedikit kagum dengan sekolahnya yang terbilang cukup memadai soal urusan fasilitas. Jumlah mikroskop yang ada di sekolah juga lumayan banyak, bahkan bisa dipakai untuk 3 kelas sekaligus dalam satu waktu mata pelajaran. Seperti hari ini, kelas XI IPA 2 dan juga XI IPA 3 sedang dalam proses pembelajaran yang sama, yakni melakukan praktek biologi.

Kelompok Zee sendiri terdiri dari 4 orang. Zee, Nuka, Hana dan Venya. Pembagian kelompok yang dibuat oleh guru berhijab itu nggak rumit. Beliau cuma menunjuk langsung dua bangku untuk berpasangan. Karena bangku Hana dan Venya berada tepat di samping mereka, jadi dua orang cewek itulah yang menjadi teman kelompoknya.

"Kalau sudah siap, perwakilan kelompok boleh naik mengambil bahan-bahannya," titah Bu Kamila yang langsung diangguki oleh beberapa murid.

"Biar gue aja," sahut Hana yang dengan sigap sudah berdiri. Ia mengambil tiga buah bawang merah yang menjadi bahan utama, silet dan juga kaca preparat kemudian kembali ke bangkunya.

Seluruh tatapan siswa di kelas sepenuhnya menghadap ke Bu Kamila yang dengan lihai mencontohkan cara mengupas kulit terluar bawang untuk mendapatkan objek yang akan diteliti nanti. Zee hampir tidak berkedip memperhatikan tangan gurunya itu yang terlihat tenang saat mengupas.

"Pada saat mengupas, pastikan kalian perhatikan dan teliti baik-baik. Jangan sampai kulit yang berwarna keunguan itu terikut. Jangan terlalu tebal dan terlalu tipis."

Kepala Zee manggut-manggut mendengar penjelasan Bu Kamila. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke bangku dan meraih satu buah bawang merah yang berwarna ungu itu.

"Hati-hati, Zee. Katanya kalo percobaan pertama gagal, bawangnya udah ngga bisa dipakai lagi buat kedua kalinya," ucap Venya yang turut serius.

"Yang bener?" Mampus lah! Mereka cuma punya 3 bawang dan percobaan pertama akan dilakukan oleh Zee.

"Itu makanya gue ngambil 3, yang lain cuma kebagian 2 bawang doang," ujar Hana sambil menyengir kuda.

Semangat Zee! Masa ngupas bawang doang nggak bisa, dimana harga diri lo sebagai wanita yang harus pegang bawang kalau masak.

Setelah mendengar kata-kata penyemangat yang entah dari mana datangnya, Zee menggenggam erat bawang dan silet bersamaan. Kedua kelopak matanya membulat untuk mencoba agar ia bisa fokus. Perlahan ia mendekatkan ujung silet yang tajam itu ke permukaan bawang dan bersiap untuk mengambil bagian yang akan menjadi objek. Ia benar-benar tidak berkedip selama beberapa saat, untung saja mengupas pelan seperti ini nggak bikin matanya jadi perih, bisa-bisa bukannya praktek dia malah nangis.

"Astaga!!" jerit Hana tiba-tiba. Zee yang sudah hampir menarik ujung bawang yang ia dapat tiba-tiba terjengkang dan menyebabkan siletnya menusuk lebih dalam ke permukaan bawangnya.

"Yaaahhhh!" ujar Zee dengan nada kecewa. Penampilan bawang yang hampir berhasil tadi akhirnya seperti bawang merah yang akan dipotong-potong lalu tinggal di naikkan ke minyak panas.

NUKA ZEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang