Sen, 11 Mei 2020
🍑
Bel istirahat akhirnya berbunyi beberapa menit yang lalu disambut oleh jubelan siswa yang berbondong-bondong menyerbu kantin. Terkecuali kedua teman sebangku yang memilih untuk tetap duduk anteng di kursinya.
Zee mengeluarkan buku paket dari dalam laci plus kotak tupperware berwarna hijau miliknya yang berisi roti isi panggang buatan Mamanya. Yah, hari ini Zee memutuskan membawa bekal karena setelah kejadian di kantin kemarin ia jadi tidak tega melihat Nuka. Setelah kejadian di kantin itu, Zee memutuskan untuk selalu memastikan membawa bekal ke sekolah agar tak perlu repot-repot mengajak Nuka menemaninya ke kantin lagi.
Kepala Zee praktis mendongak ketika menyadari pergerakan Nuka yang berdiri dari kursinya, tangannya dengan sigap menarik kaki baju cowok itu yang berada di luar. "Eh, mau kemana lo?"
Nuka menoleh dan berdecak sebal. "Apaan sih gue mau keluar cari angin. Lepasin nggak!"
"Nggak, nggak, lo harus belajar hari ini, jangan main kabur-kabur aja."
"Belajar apaan? Hari ini kan nggak ada fisika, lagian juga besok libur, ngapain gue harus belajar?"
Zee memutar mata jengah, cowok ini benar-benar sangat pandai menjawab segala hal yang dilontarkannya. Ia merutuk dalam hati, kenapa nggak nurut aja sih? Ini juga masih dalam konteks demi kebaikan Andra.
"Emangnya yang lo harus pelajari cuma fisika doang? Heol, di sekolah ini punya 13 mata pelajaran dan nilai lo di semua mata pelajaran itu anjlok abis. Lo masih nanya kenapa harus belajar?"
Tangan Zee yang semula hanya berada di kaki baju Nuka, kini memanjang meraih lengan cowok itu kemudian menariknya secara paksa untuk kembali duduk di kursinya. Zee menghembuskan napas kasar, sudah terlihat jelas perbandingan ukuran tubuh cowok itu dengan Zee yang jelas sangat berbeda, ia terus mendumel dalam hati karena Nuka tak pernah begitu niat untuk mempermudah segalanya dengan menurut pada Zee.
Cowok di sampingnya itu berkali-kali berdecak sebal sambil menaruh hpnya ke atas meja cukup keras, tahu begitu tadi ia lebih cepat melangkah supaya cewek aneh satu ini tidak sempat menahannya, namun itu hanya dumelan hatinya yang kelewat sebal dengan orang ini, nyatanya sekarang ia kembali terduduk di kursinya sambil memandang aktifitas cewek itu menyiapkan bahan untuk belajar.
"Nih." Zee menyodorkan kotak bekalnya ke hadapan Nuka sambil mengunyah roti isi miliknya.
"Apa?"
"Makan dulu, kita butuh nutrisi buat belajar, kalo kelaparan mana bisa fokus. Cepet ambil, nanti racunnya nggak bereaksi."
Nuka mengalihkan tatapannya dari kotak berwarna hijau itu kemudian menatap Zee tajam, cewek itu hanya terkekeh geli sambil menutup mulutnya yang penuh saat mengunyah. "Nggak , bercanda. Cepetan ambil."
"Ih, lama banget, astaga." Karena melihat Nuka tak bergerak sesenti pun, tangan Zee spontan mengambil satu potong roti lagi kemudian menyerahkannya benar-benar di depan wajah Nuka. Cowok itu terdorong ke belakang kemudian akhirnya meraih roti isi dari tangan Zee.
Setelah beberapa menit menyantap makanan mereka, Zee meraih buku cetak, kertas serta pulpen yang tergeletak di atas meja kemudian kegiatan belajar tambahan hari ini di mulai.
Terdengar suara seseorang melangkah masuk dari arah pintu kelas, awalnya Zee tak memperhatikan hal itu karena saat ini ia sedang fokus mencatat sesuatu di kertas, namun setelah mendengar suara gaib yang memanggil namanya, ia memutar mata jengah kemudian mendongak. Benar saja, itu adalah si nenek sihir beserta dua anteknya berjalan ke arah meja Zee.
"Hei, Zee." Seperti biasa itu hanya sapaan dengan nada ramah yang di buat-buat.
Kali ini tanpa basa-basi, Keisya menyodorkan 2 buku yang diyakini Zee adalah buku tugas cewek itu.
"Nih, ada titipan dari gue, biologi sama matematika, dikumpul selasa nanti, masih ada dua hari kok lo pasti bisa. Fighting, Zee."
"Lo tahukan besok hari apa, besok tuh hari libur. Kenapa sih lo suka nyusahin gue di hari yang seharusnya gue punya waktu buat istirahat?" Zee mendengus sebal, ia tahu saat ini tak ada gunanya mencurahkan perasaan sebalnya yang sudah memuncak itu, Keisya yang notabene adalah cewek yang selalu mendapatkan apa yang dia mau sejak kecil pasti tak akan mengindahkan setiap dumelan yang ia lontarkan tadi.
"Gue kan udah bilang masih ada waktu dua hari, lo bisa ngerjain nanti hari senin. Come on, Zee." Keisya memelas yang justru membuat Zee tambah tergoda untuk mendorong tubuh goalsnya itu ke belakang. Oh, tapi percayalah, ia bisa-bisa dicoret dari KK kalau sampai hal itu terjadi.
"Kalo waktunya masih ada dua hari kenapa bukan lo sendiri sih yang ngerjain?" Nada Zee terdengar semakin tinggi mewakili rasa kesalnya yang juga memuncak.
"Lo kan tau sendiri gue lemah banget kalo itungan." Keisya terdiam sejenak, kemudian bergerak mengambil kembali buku yang sudah ia letakkan. "Yaudah, sih, kalau lo nggak mau bantuin gue, pasti Tante Dinda sedih banget karena punya anak yang nggak mau nolongin sepupunya sendiri."
HA! Lihat kan? Selain pintar berakting, nenek sihir ini juga sangat pandai mengancamnya dengan membawa nama Mamanya yang notabene adalah orang yang selalu membujuk agar ia mau membantu Keisya mengerjakan tugas-tugasnya. Andai saja Mamanya tau kalau ini bukan membantu namanya, melainkan sesuatu yang setara dengan penindasan yang membuatnya terlihat seperti budak menyedihkan.
Barusaja ingin mengiyakan ucapan Keisya, Zee lebih dulu mendengar decakan sebal yang keluar dari mulut cowok yang tengah duduk di sampingnya. Ia menoleh menatap Nuka yang saat itu sedang menatap tajam ke arah Keisya.
"Kalo urusan lo udah selesai, silakan pergi. Gue lagi belajar dan nggak mau di ganggu sama siapapun!"
Ucapan Nuka yang kelewat dingin itu sukses membuat air muka Keisya berubah masam. Mereka berdua sedang beradu pandang satu sama lain, Zee bisa merasakan hawa panas yang bertebaran di seluruh penjuru kelas. Namun sedetik kemudian Keisya menghentakkan kakinya dengan keras kemudian hengkang dari hadapan mereka berdua sambil membawa 2 buku tugasnya tadi.
Mulut Zee menganga lebar, tak percaya dengan apa yang barusaja terjadi. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Nuka membuat cewek itu kagok dan melengos pergi begitu saja. Seumur hidup Zee baru melihat orang yang bisa membuat Keisya mati kutu berhadapan dengannya.
"Wihh, hebat banget lo bisa ngusir tuh nenek sihir." Zee mengangkat kedua tangan sambil menepuknya beberapa kali. "Kagum banget gue, sumpah lo keren banget, lo udah berhasil nyelamatin gue hari ini," ucapnya dengan mata berbinar.
Nuka hanya memutar matanya kemudian kembali bertumpu menghadap ke meja Zee. "Udah buruan jelasin, keburu jam masuk."
Zee tak bisa menghentikan senyuman terbit dari bibirnya, ia senang bukan main karena sudah diselamatkan oleh Nuka dari keharusannya menatap buku di hari liburnya besok.
Oh iya, ia harus mencatat di kalender bahwa hari ini adalah kali pertama Nuka berkontribusi dalam hidupnya. Itu adalah hal yang langka, bukan?
🍑
Akhirnya update, Happy reading:*
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...