Jum, 8 Mei 2020
🍑
Zee berjalan santai keluar kelas setelah mengembalikan buku catatan Gavin yang berhasil ia selesaikan dalam semalam. Setelah telponan dengan Lizzie, ia sebenarnya tidak benar-benar tidur, melainkan menyelesaikan catatannya hingga larut.
Sekarang, ia berjalan sambil menenteng buku cetak yang beberapa hari lalu ia pinjam untuk di kembalikan ke ruang guru. Suasana pagi-pagi seperti ini memang sangat membuatnya tenang karena menghirup lumayan banyak udara segar masuk ke hidungnya.
Di ruang guru masih belum terlalu banyak orang yang terlihat, paling hanya beberapa guru yang sedang dalam aktivitasnya masing-masing. Zee menaruh buku cetaknya di atas meja Ibu Devi-salah satu guru matematika di sekolahnya. Jangan salah paham dulu, ia meminjam buku cetak itu karena ketika jam pelajaran matematika kemarin ia ditugaskan untuk menulis di atas papan, jadi Bu Devi meminjamkannya untuk di catat.
Setelah selesai dengan urusannya, Zee berbalik dan melangkah pelan ketika ia mendengar suara Pak Arif—guru fisikanya yang sedang berbicara dengan seorang murid. Matanya memicing, kemudian ia kembali berjalan saat tahu orang itu adalah Nuka. Zee cukup takjub karena cowok itu ternyata sudah datang sepagi ini dan tahu-tahu sudah berada di ruang guru. Ia mengangkat bahu cuek, mungkin ada urusan, ia tidak boleh menguping pembicaraan mereka.
"Zidney!"
Langkah Zee terhenti saat mendengar Pak Arif memanggilnya. Tanpa menunggu lama, ia berjalan cepat menghampiri mereka. Zee mendongak sedikit menatap Nuka yang sekarang berada di sisinya lalu memberinya senyum halo. Namun seperti di hari sebelumnya, Nuka hanya meliriknya sekilas lalu mengalihkan pandangannya langsung tanpa mengindahkan senyuman Zee.
Cewek berkucir kuda itu bersungut dan dengan cepat ia beralih menatap Pak Arif, "Iya, ada apa, Pak?"
"Kamu sudah tahu Nuka, kan? Dia kemarin masuk di kelas XI IPA 2 juga," tanya Pak Arif langsung.
Zee mengangguk. "Iya, Pak. Kebetulan dia teman sebangku saya."
Tiba-tiba saja Pak Arif menepuk tangannya satu kali. "Oh ya? Pas banget. Kemarin lusa kamu belum ikut ulangan harian saya, kan?"
Alis Zee berkerut samar. "Loh, bapak ada ngasih ulangan, ya? Kok Gavin nggak ngasih tau saya."
"Mungkin dia kelupaan," jedanya. "Pokoknya besok di jam saya kalian berdua ulangan susulan, ya? Siap-siap."
Zee mengangguk.
"Nuka," kata Pak Arif mengalihkan perhatiannya. "Usahakan nilai kamu bisa lebih baik dari ini, ya." Kali ini Nuka yang mengangguk malas.
"Yaudah kalian boleh keluar." Nuka mengambil langkah cukup lebar mendahului Zee berjalan.
"Oh iya, tunggu dulu!" Zee dan Nuka sudah hampir menggapai pintu ketika mereka mendengar Pak Arif kembali memanggilnya. Dengan terpaksa, mereka berdua kembali ke meja guru fisika itu. Sebelum benar-benar sampai, Zee mendengar Nuka berdecak kesal dan itu membuat ia mendengus geli.
"Iya, kenapa, Pak?" Zee berseru duluan karena ia tahu Nuka tidak akan memulai bertanya.
"Zidney, saya tahu kemampuan kamu di mata pelajaran saya sangat bagus, bahkan mungkin juga di pelajaran lainnya. Jadi, saya kasih kamu tugas mengajar Nuka untuk ulangannya besok. Hitung-hitung membantu teman sebangku."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...