(23) : In the Heat of the Moment

41 1 0
                                    

Rab, 21 Oktober 2020

🍑

BRAK!!

Nuka menutup pintu rumah dengan perasaan marah. Tak peduli teriakan-teriakan papa dan Atlas yang sudah menggelegar memenuhi rumah memanggilnya.

"Nuka! Berhenti!"

Cowok yang dipanggil namanya itu tak menoleh, ia terus berjalan menuju bagasi ingin mengambil motor lalu pergi meninggalkan rumahnya malam ini. Ia begitu marah, sangat marah kepada papanya yang bisa-bisanya membawa seorang wanita muda ke rumah. Bahkan memperkenalkan kepada Nuka sebagai calon mama tirinya. Apa-apaan?

Bagaimana dia tak marah? Dikenalkan oleh orang yang justru lebih masuk akal jika dipacari oleh Atlas. Nuka bahkan bisa memperkirakan usianya hanya beda dua tahun darinya. Tapi kenapa papanya bisa dengan bodohnya memilih orang itu sebagai calon mama tiri. Dia bahkan tak butuh mama.

"Ka, lo mau kemana malam-malam gini?" sahut Atlas yang tahu-tahu sudah berhasil menyusulnya ke bagasi.

"Gak tau."

Atlas menghela napas lelah. Ia tahu hal seperti ini akan terjadi, makanya sejak awal ia memutuskan untuk tinggal di rumah Nuka agar bisa membantu memperbaiki hubungan antara anak dan ayah ini. Tapi ternyata rumit juga.

"Bicara baik-baik dulu dong sama bokap lo. Jangan kebiasaan main pergi-pergi gini."

Nuka menatap nyalang ke arah Atlas. "Gue bahkan belum bicara tapi tuh bapak-bapak udah marah duluan, Kak!"

"Iya, iya, gue ngerti. Makanya lo tenangin diri lo dulu. Gue bakal bantu bilangin ke Kak Gio biar kalian bisa ngomong baik-baik."

"Udah, ah. Gak guna. Mau gue ngomong atau nggak pun nggak ada yang bakal bisa hentiin dia buat nikahin tuh cewek brengsek."

Atlas kewalahan, ia sebenarnya dilema. Menahan Nuka juga tak ada gunanya kalau cowok itu sudah bersikeras begini. Kalau dia ikut dengan Nuka, ia juga tak mau menyia-nyiakan kecantikan cewek yang dibawa oleh papa Nuka.

"Minggir, Kak," sahut Nuka.

"Lo mau kemana sekarang?" tanya Atlas lagi.

"Entah." Nuka memandang Atlas datar. Ia sama sekali tak ingin berlama-lama berada di rumah ini. Sumpek!

Atlas tak bisa menahan Nuka kali ini. Bisa-bisa badannya yang remuk kalau sampai nekat menghadang Nuka menghentikan motornya. Cowok itu tak bisa dihentikan sekarang.

Nuka melanjutkan motornya tanpa tujuan. Dia bahkan setengah melamun saat mengendarai motor sekarang. Pikirannya bercabang-cabang dan dipenuhi kekacauan. Kenapa papanya tega, sih? Apa dia benar-benar tak pernah memikirkan perasaan Nuka? Apa segitu pentingnya mencari istri baru ketimbang memperbaiki hubungan dengan anak sendiri?

Lamunan Nuka terbuyar karena ia hampir terjengkang dari motor saat bannya melewati sebuah lobang kecil di tengah jalan. Ia mengumpat kasar. Nuka memutuskan menghentikan motornya daripada malah terjadi hal-hal mengerikan, apalagi saat ini tak begitu banyak orang yang berlalu lalang.

Nuka kemudian berjalan untuk duduk di salah satu trotoar pinggir jalan. Pandangannya terlihat kosong menatap ke arah jalanan. Ia begitu frustrasi dengan keadaan rumahnya yang sama sekali tak mendefinisikan sebuah tempat tinggal yang nyaman. Rumahnya yang seharusnya dapat ia jadikan sebagai tempat pulang dari dunia luar, malah menjadikannya ingin keluar ke dunia.

NUKA ZEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang