Sel, 27 Oktober 2020
🍑
"Kenapa, Liz?"Zee menempelkan ponselnya ke telinga setelah mendapat panggilan telepon dari Lizzie, malam ini ia barusaja menyelesaikan beberapa catatan yang tadi siang sempat dia foto dari buku cetak milik Bu Sandra-guru Bahasa Indonesia di sekolahnya.
"Gue ada kabar gembira buat lo!!"
Zee menggosok telinganya perlahan. "Astaga, nggak usah teriak-teriak gitu, telinga gue jadi panas tau nggak."
"Hehehe, maap maap. Gue terlalu excited hari ini."
"Kabar gembira apaan?"
"Sekolah gue kan ada acara semacam pensi gitu, lumayan lama juga, kira-kira sekitar sebulanan. Gue denger dari temen sekelas gue acaranya kali ini cuma nyontek konsep tahun lalu, terus kita pada janjian untuk nggak usah ke sekolah aja. Nah, jadi daripada gue bosen di sini mulu, gue udah nanya ke papa mama buat liburan ke Indo!!"
Zee sejak dulu takjub dengan kemampuan bercerita Lizzie yang sangat cepat, bahkan dulu sohibnya itu sering sekali mengalahkan cowok-cowok yang menantangnya berdebat dan berakhir kalah telak karena tak mampu melawan tempo berbicaranya yang nyerocos abis. Jadi, jangan heran kalau Zee juga termasuk orang yang tak ingin dikalahkan kalau urusan berdebat, dia memiliki sahabat yang mendukung penuh hal itu.
Senyuman Zee langsung merekah lebar mendengar kabar gembira itu. "Serius? Lo mau liburan ke sini? Horeee! Bisa temu kangen!" sahutnya tak kalah senang.
Di seberang sana Lizzie ikut tertawa senang. "Pokoknya gue harus manfaatin liburan gue sebaik mungkin. Kita makan di warteg, sama ke cafe yang waktu itu lo bilang."
"Astaga, motivasi lo ke sini cuma pengen makan di warteg?" tanya Zee setengah tak percaya.
"Sumpah, gue nyesel waktu di Indo gue nggak pernah nginjak tempat-tempat begitu. Karena lo sering, makanya lo harus jadi tour guide gue."
Tawa Zee pecah, sejak dulu memang cewek ini lebay sekali. "Gaya banget lo, Liz. Lo itu baru pindah beberapa bulan lalu, segala gue jadi tour guide."
Lizzie tertawa terbahak.
"Tapi kalo di pikir-pikir, sekolah lo ngadain pensi apaan sampe libur sebulan? Emang pertunjukannya bakal nampilin alat musik dari seluruh dunia?"
"Hehehe, sebenarnya acaranya cuma dua pekan, tapi masa gue cuma ngabisin waktu dua pekan doang di sana. Ya, nggak seru dong, namanya pulang ke kampung halaman harus agak lama."
"Oooh, jadi ceritanya dua pekan lebihnya itu lo sendiri yang meliburkan diri?"
"Pinter banget! Dan asal lo tau, nanti pensinya juga bakal nampilin pertunjukan Sasando! Hebat banget, kan? Ternyata alat musik kita udah banyak terkenal di luar negri."
"Woaah, serius? Hebat banget. Lo harusnya merasa insecure tuh sebagai warga Indo yang notabene negara asal alat musik itu justru nggak tau mainnya."
"Yah, gimana ya, gue bukannya nggak tau. Cuma gue merasa lebih bangga aja kalo itu dimainkan sama negara asing, itu artinya sebagus itu prasasti kita."
Nada bicara Lizzie yang terdengar dilebay-lebaykan itu justru mengundang tawa Zee. "Terserah lo, Liz. Terserah. Terus, kapan lo berangkat?"
"Pas acara pensinya, lah. Tapi nanti gue kabarin lo kapan fiksnya."
"Oke, deh. See you in Indonesia!"
"Hahaha, lebay."
Zee menutup sambungan teleponnya sesaat setelah kalimat Lizzie berakhir. Senyumnya masih merekah sempurna karena terlalu senang mengetahui sahabat satu-satunya itu akan berlibur ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...