(8) : Hari Libur

44 3 1
                                    

Sel, 12 Mei 2020

🍑

Setelah menyelesaikan jemuran yang ia lakukan di halaman belakang rumah, Zee kemudian ngacir ke dapur untuk menyantap sarapannya pagi ini. Kegiatan beberes rumah hari ini ia selesaikan lebih awal karena ia ingin mendapat waktu luang lebih banyak.

Satu tangannya yang bebas menekan aplikasi instagram sambil men-scroll beranda, terlihat beberapa foto bermunculan seperti Michelle Ziudith-artis favorit Lizzie yang sedang berpose di sebuah tempat gym, atau Radit teman sekelasnya yang terlihat sedang duduk sambil tersenyum ke arah kamera di sebuah Cafe.

Zee menghela napas pelan saat melihat deretan foto orang yang sedang memamerkan aktivitas hari liburnya, apa ia juga harus membuat list tempat yang akan ia kunjungi hari ini? Seperti mall misalnya, atau ke taman kota sekedar melihat bunga-bunga yang bermekaran. Oh, atau pergi ke tempat pembuatan cincin dan gelang yang pernah direncanakan olehnya dan Lizzie namun tak pernah jadi. Zee menggeleng, membubarkan semua hayalannya tentang rencananya tadi. Hari ini ia hanya akan berada di rumah, hanya di rumah. Semenyenangkan apapun liburan orang lain yang ia lihat.

Tepat saat itu Mama datang dengan membawa secarik kertas yang ia sodorkan tepat di hadapannya.

"Kalo selesai makan, tolong beliin ini di minimarket, mama lupa kalo stoknya udah abis," ucap Mama langsung.

Zee melirik sekilas kertas putih itu kemudian memasang wajah memelas. "Kenapa nggak nyuruh bang Raidan aja, aku kan masih makan, Ma."

"Kan, udah dibilang kalo selesai makan, abangmu juga lagi keluar sama temennya."

"Ratu?" tanya Neta lagi. Ratu adalah adik bungsunya yang masih duduk dibangku kelas 7 SMP.

"Lanjut tidur, semalam dia begadang abis ngerjain tugas katanya."

"Yaudah, iya, Ma." Zee hanya mengangguk pasrah, meskipun kesal karena rencana rebahannya tertunda beberapa jam namun ia tetap tak berani berdecak sebal di hadapan sang Mama. Bisa-bisa habis ia diomeli.

"Jangan lupa ya. Lagian kan kamu juga beberesnya pagi-pagi, ketahuan banget mau rebahan doang. Mending bantu orang tua."

"Iyaa, Ma."

Setelah sarapan, Zee berjalan ke kamar untuk bersiap-siap. Ia hanya memakai setelan baju lengan pendek dengan cardigan yang menutup tangannya dan juga celana panjang, tak lupa ia mengucir rambutnya agar terlihat lebih rapi.

Minimarket yang dimaksud Mama tadi adalah jenis minimarket yang menjual segala macam kebutuhan, tempatnya juga lumayan besar dan bersih jadi selalu menjadi langganan para ibu rumah tangga seperti Mama.

Zee kembali melirik kertas putih itu kemudian meraih kotak sereal dengan gambar koala bear sedang tersenyum memakai baju kuning ke dalam kantong belanjaannya. Itu menjadi list terakhir yang tertulis di sana.

Setelah selesai ia membalikkan tubuhnya namun seketika terperanjat saat menyadari ia menabrak seorang wanita paruh baya yang terdorong sedikit ke belakang, menyebabkan beberapa barang belanjaan miliknya jatuh tergeletak di lantai.

"Astagfirullah, bu. Maaf banget, saya nggak sengaja. Biar saya bantuin." Zee refleks berjongkok kemudian memungut beberapa barang belanjaan milik ibu itu yang berserakan sambil kembali memasukkannya ke dalam kantong belanjaan. "Ibu nggak apa-apa?" tanyanya.

"Panggil Bi Kalsum aja." Wanita itu tersenyum ramah. "Bibi nggak apa-apa, Nak. Lantainya nggak kotor, paling dicuci dengan air sudah cukup."

Zee membalas senyumannya sambil mengangguk. "Rumah bibi di mana? Biar saya anter aja," jeda sebentar kemudian ia melanjutkan, "tapi saya ke sininya naik angkot, bibi nggak masalah?"

NUKA ZEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang