"Jika Neptunus menghendakinya, maka tidak akan lepas genggaman ini."
#
Hera terbangun dari tidur. Tubuhnya berbalut selimut putih yang tebal. Ruangan itu tampak remang, hanya sebias cahaya dari balik tirai yang sangat tinggi masuk ke dalam.
"Dimana ini?"
Gadis dengan wajah bulat itu turun dari ranjang. Ia berjalan mendekati jendela yang tertutupi tirai berwarna kelabu. Hera menyipitkan matanya, pemandangan diluar terlihat sangat indah tapi sunyi.
Halaman dengan rumput yang dirawat sangat baik, beberapa tanaman hias yang berjejer rapi, terususun membelah jalan menuju luar pagar yang tinggi.
"Kau sudah bangun?" Seorang wanita masuk dengan pakaian kantoran.
Hera memandangi wanita itu dengan tatapan penuh tanya.
"Sajangnim, ingin bertemu denganmu. Kau bisa berganti pakaian terlebih dahulu."
Wanita itu menaruh dua buah kotak dan satu bag yang cukup besar.
"Tunggu. Ada yang ingin aku tanyakan." Hera berjalan mendekati wanita itu.
Ia tersenyum. "Sebaiknya kau membersihkan diri terlebih dahulu.",
Wanita itu keluar setelah melepas senyum datar.
Hera membuka kotak yang diterimanya. Sebuah short dress dengan heart shaped pockets berbahan dasar wol dan silk berwarna soft. Terdapat ikat pinggang CD tonel yang menonjolkan pinggang Hera yang sedikit ramping. Kotak kedua terdapat sepasang sendal berwarna putih terbuat dari lambskin, menampilkan sol berbentuk anatomi yang ringan dan terkesan kontemporer. Bag terakhir terdapat beberapa pakaian dalam dengan warna sedikit mengganggu.
Hera terlihat indah memakai barang mahal itu. Dirinya yang biasa memakai jeans longgar dan kaos, kini berkamuflase menjadi gadis yang anggun dan mewah. Wajah barefacenya dibiarkan begitu saja.
Choi Mu Jin duduk dikursi dengan mata yang sibuk pada iPad-nya. Ia mengalihkan pandangan kedepan, ketika Hera berdiri kaku didepannya.
"Ternyata baju itu cocok denganmu." Gumamnya, lalu melanjutkan pekerjaan.
Hera masih diam. Ia masih berdiri, sambil meremas tangannya yang gemetar. Pria didepannya meminum segelas teh. Aroma teh chamomile yang hangat, tidak membuat hati Hera merasa tenang. Gadis itu berkali-kali menggigit bibirnya dan menghentakan kaki.
Mu Jin menaruh iPad dan menatap Hera yang duduk diseberang meja. Mata pria itu tampak sangat berbeda, mata yang sama ia lihat ketika bertemu dengannya pertama kali.
"Sampai kapan aku disini?" Hera memberanikan diri bicara.
"Aku meminta pelayan untuk memasak makanan yang cocok untukmu. Cobalah."
Mu Jin menyuapkan sesendok nasi yang dicampur kuah sup.
"Tolong jawab aku. Berapa lama aku disini?" Hera menekan suaranya yang sedikit serak karena takut.
Ting!
Mu Jin melempar sendoknya. Ia menyenderkan bahu dan menatap Hera lekat.
"Kenapa?"
"Aku sedang melakukan penelitian untuk tesisku. Ini sangat penting."
"Aku ingin kau selamanya disini."
"Jangan bicara sembarangan."
Hera menepuk meja kesal. Seorang pria dengan jas hitam berjalan mendekat ke arah Hera sambil memegang pistol.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...