CHAPTER 5

304 31 1
                                    

"Janji yang diucapkam rasi bintang ternyata hanya sebuah obat penenang di saat luka datang."

#

Jalan yang dikelilingi pohon besar itu tampak gelap. Cahaya dari sorotan lampu mobil hanya menerangi sesaat lalu menghilang dari balik gelapnya hutan yang lebat.

Hera mengamati pepohonan tinggi dari balik mobil. Gadis itu lalu menyenderkan tubuhnya kekursi.

"Kau bosan?"

"Tidak. Hanya saja perjalanan ini melelahkan."

"5 menit lagi, kita sampai."

Hera memutar bola matanya. Ia mendekap lengannya dan memalingkan wajah kembali ke arah jendela mobil.

Gerbang yang tinggi itu tertutupi tumbuhan merambat yang lebat. Dua orang pria botak dengan tato bunga dilehernya membuka gerbang. Mu Jin memarkirkan mobilnya tepat didepan halaman pintu masuk.

Hera keluar dengan perasaan canggung. Ia tidak tahu, apa yang akan ia lakukan ditempat ini. Rumah satu lantai yang luas itu tampak berbeda dari rumah sebelumnnya.

Empat orang berjas hitam menghampiri Mu Jin dan membantu Hera membawa barang-barang miliknya. Hera masuk kedalam rumah mengikuti Mu Jin didepannya.

"Antar dia kekamarnya." Mu Jin berjalan mengarah kesebuah pintu kayu berwarna shaker cherry. Pria itu meninggalkan Hera dan dua orang pelayan wanita.

Hera menaruh tasnya disamping lemari pakaian. Ia membanting tubuhnya keatas kasur. Ia menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang mulai dingin.

"Aku harap besok tidak menjadi hari yang buruk, lagi."

#

Sreekk!!


Suara seretan tirai yang keras membangunkan Hera dari tidurnya. Ia menatap ke asal suara. Seorang wanita berkemeja putih dengan celana hitam tersenyum ke arahnya.

Hera memeriksa ponselnya. Pukul 8 pagi. Ia mengusap wajahnya yang kaku dan kering, lalu mengikat rambut.

"Sajangnim memintaku untuk memberikan ini padamu.",

Wanita itu menaruh beberapa paper bag berukuran cukup besar diatas meja.

"Aku tidak mau memakai barang-barang itu. Kemana koperku?" Hera turun dari kasur dan menghampiri wanita itu.

"Sajangnim memintaku untuk menaruhnya diruangan lain."

"Kenapa?"

Tidak ada balasan. Wanita itu menunduk lalu pergi dan menutup pintu.

Hera membuka paper bag berwarna putih itu. Ia mendengus kesal lalu menaruh kembali baju yang terlihat asing baginya.

"Ini orang mau buka toko? Banyak banget sabun yang dia beli."

Hera mendumel dan mengambil botol sabun, shampo, dan sikat gigi. Lalu masuk kedalam kamar mandi.

Belted tweed skater dress itu terlihat elegan dengan motif monogram. Hera mengamati dress yang ia pegang itu, lalu memakainya. Ia sedang malas memilah baju saat ini.

Ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Tiffani.

"Halo, Tif." Jawab Hera kesusahan ketika menarik zipper dibelakang baju.

LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang