CHAPTER 7

296 29 6
                                    

"Biarkan memori itu membawa serigala dan rusa saling bercanda di tengah lebatnya hujan."


#


Hera memakai short skirt model A-line bermotif magica print berwarna pink dan grey dengan denim jacket bermotif damier azur. Sepatu putih polos yang ia pakai terlihat lucu dipasangkan dengan kaos ber-line hitam di pergelangannya.

Hera menunggu di teras depan, dengan pemandangan tanaman hias yang bunganya telah gugur ke tanah. Langit yang mendung, masih bertahan pada posisinya. Suara langkah kaki terdengar mendekat, Hera membalikkan badannya.

Mu Jin terlihat tidak seperti pria yang sudah berumur hampir setengah abad. Ia mengenakan kaos putih dengan luaran black jacket bermotif metallic astra yang tegas. Ia hanya memasukan sebelah tagannya ke dalam jacket itu karena tangan kanannya berbalut gips yang belum bisa dilepas. Terlihat tato angka romawi dibagian bisepnya, tato yang tidak begitu jelas itu mengalihkan pandangan Hera beberapa saat.

"Masih ada waktu 3 jam lagi sampai jadwal penerbanganku."

Sebuah mobil Porsche terparkir di depan Hera dan Tae Joo turun dari mobil mewah itu.

"Aku yang akan menyetir." Hera masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi supir.

Mu Jin masih berdiri menatap gadis itu tidak yakin.

"Kau akan menyetir dengan kondisi tangan seperti itu?"

Pria dengan tinggi 183 centi itu mengalah lalu duduk di sebelah Hera.

"Kenapa dengan wajah tegangmu itu? Kau takut?"

"Tidak."

"Tenang, aku punya SIM. Ya, walaupun aku belum pernah mengemudi jalur kiri."

Hera tersenyum jahil lalu menginjak pedal gas. Mobil mewah itu keluar menuju gerbang dan akhirnya menghilang.

Pepohonan yang rindang membuat suasana hari itu semakin dingin. Awan yang kelabu semakin menampakkan wajahnya. Mobil tanpa atap itu berjalan membelah jalanan yang sepi dan sedikit lembab.

"Kita akan pergi kemana?"

"Entahlah"

Hera menginjak pedal gas makin kencang. Deru mobil bersahutan dengan kicauan burung-burung asing yang hidup di hutan pinus itu.

#

"Sampai kapan aku harus menunggu? Jika dia masih bisa bernafas bebas, barang-barangku tidak akan pernah terjual!" Pria dengan mata kiri terluka itu melempar sejumlah uang ke arah pria gemuk dihadapannya.

Pria gemuk itu mengutip uang yang jatuh ke lantai.

"Aku mau, sebelum natal ini. Dia sudah tidak bisa berbisnis lagi."

Pria menyeramkan itu mengeluarkan belatinya dan mengarahkan ujung belati ke mata pria gemuk itu.

"Kau tahukan? Belatiku bisa membuatmu tidak bicara seumur hidup."

"Aakhh!"

Ia sedikit menggores dagu pria gemuk itu dengan ujung belati miliknya. Sedikit tetesan darah jatuh perlahan.

LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang