CHAPTER 13

256 27 5
                                    

"Luka masa lalu."

#

Hera mengemas semua barangnya. Baju, sepatu, tas, dan barang-barang mahal yang diberikan Choi Mu Jin padanya dibiarkan begitu saja didalam lemari.

Hujan kembali turun, penerbangan Hera dijadwalkan malam ini, karena ia tidak mendapatkan tiket keberangkatan siang.

Bunyi pesan masuk terdengar, Hera membuka ponselnya.

Gadis itu membalas pesan, lalu menutup kembali ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu membalas pesan, lalu menutup kembali ponselnya. Ia duduk di atas kasur sambil memeluk Ruby yang sejak tadi pagi tampak bersedih.

Ketukan pintu terdengar, Tae Joo masuk setelah Hera memberi izin.

"Kau tidak ingin bertemu dengannya terlebih dahulu?"

"Tidak."

"Tapi..." Tae Joo menghentikan kalimatnya.

"Sajangnim tampak tidak baik-baik saja."

Hera diam sejenak, hatinya tampak ragu. Lalu akhirnya ia setuju menemui Mu Jin.

#

Choi Mu Jin terbaring dikasur dengan wajah tampak pucat. Keringat keluar dari sela-sela lehernya. Hera duduk disamping Mu Jin, menyentuh leher pria itu untuk mengelap keringat yang berjatuhan.

"Kenapa tidak bawa dia kerumah sakit?" Tanya Hera pada Tae Joo.

"Sajangnim tidak pernah mau ke rumah sakit. Saya sudah memanggil dokter pribadinya, dokter itu sedang dalam perjalanan."

Hera melirik ke arah tangan pria itu, goresan luka tampak baru tersayat di telapak tangannya.

"Luka apa ini?"

Gadis itu menyentuh luka itu pelan, Mu Jin terbangun dengan wajah tampak menahan sakit.

"Sajangnim, melukai tangannya."

"Kenapa?"

"Saya kurang tahu."

Mu Jin menyentuh tangan Hera, matanya seperti meminta agar gadis itu tetap bersamanya saat ini.

Seorang dokter dan dua orang perawat masuk tergesa-gesa. Ia membuka tasnya, dan meminta semua orang keluar. Wajah dokter itu tampak cemas,  ketika melihat Mu Jin terbaring lemah.

#

Suara petir terdengar sangat jelas, cahaya kilatannya berhasil membuat suasana malam itu semakin tidak menyenangkan. Hera berjalan kesana-kemari menunggu dokter itu keluar. Sudah setengah jam, dokter dengan rambut penuh uban itu belum menampakkan dirinya.

"Nona Hera, sebaiknya anda duduk saja."

Gi Cheol membawa sebuah kursi untuk Hera. Gadis itu duduk dengan rasa cemas, sesekali Ruby mengeong pelan mengalihkan pikiran Hera.

LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang