"Jarak yang mendatangkan luka."
[1]#
"Wanita itu dikabarkan sudah berada di Indonesia, Sajangnim."
Kim Mu Yeol membuka iPad-nya, mengamati setiap foto Hera yang keluar dari bandara bersama Gi Cheol masuk ke sebuah mobil.
"Dia mendapatkan penjagaan. Awasi saja dia, sampai dia benar-benar sendiri. Rencana kali ini, jangan sampai gagal."
"Baik."
Jun Suk Ho keluar dari ruang kerja Mu Yeol, meninggalkan pria itu bersama Yoon Hee yang masih meringis kesakitan di punggungnya.
"Nona Na, aku sudah mengatakan padamu. Bermainlah dengan baik, karena jika kau bermain buruk seperti tadi. Itu hanya akan membuat emosiku semakin memburuk. Kau paham?"
Yoon Hee mengangguk pelan, Mu Yeol menyuruh pelayan wanita disudut ruangan untuk membawa Yoon Hee masuk ke kamarnya.
Pria itu menyenderkan tubuhnya ke sofa, ia menghidupkan musik lalu meminum arak berwarna kekuningan itu.
"Choi Mu Jin...,Aku akan membuatmu jatuh secara perlahan. Kau tunggu saja."
#
Ha Joon memasang foto tiga orang yang belum diketahui siapa sebenarnya mereka, dan apa hubungannya dengan Choi Mu Jin, serta mengapa data mereka saja yang dikirim oleh sosok misterius itu.
"Sebenarnya, siapa mereka..?"
Pria itu mengusap dagunya berkali-kali, ia bahkan bisa merasakan rambut kasar yang sudah tumbuh cepat di dagunya.
"Hasan, Johanes, Yuda...Dan salah satu di antara mereka adalah ayah dari Hera."
Ha Joon mengamati kembali data dan foto tersebut. Tato bunga di leher yang biasanya ciri khas pengikut Choi Mu Jin tidak ada di leher ketiga orang tersebut.
"Tunggu..."
Pria itu mendapatkan satu foto yang memperlihatkan pria berkaos biru dengan lengan terluka di sisi kirinya memiliki tato angka romawi yang ia kenali.
"Angka romawi ini, sama dengan angka romawi yang ada pada kotak minuman itu."
Ha Joon terlihat sedikit pusing dengan petunjuk yang sama sekali tidak ia mengerti. Pria itu menutup matanya berusaha mengistirahatkan pikirannya sebelum kembali memecahkan misteri itu.
#
"Aku sudah sampai sekitar satu jam yang lalu."
Hera turun dari mobil yang dikendarai oleh Gi Cheol tersebut. Mereka sampai disebuah rumah dua lantai yang cukup besar dengan halaman rumput yang terawat sangat baik.
"Baguslah. Kau harus beristirahat setelah ini."
"Kenapa kau memintaku untuk tinggal dirumah besar ini?"
"Agar semuanya aman. Lagipula, penjagaan dirumah itu sangat baik. Jika kau memilih untuk tetap dikamar sempit itu, hanya akan mempersulit penjagaan."
"Kamar?"
"Iya."
"Darimana kau tahu, jika kamarku sempit?"
"Aku mencari tahunya."
"Kau..."
"Aku harus menutup telepon. Jaga kesehatanmu selama disana."
Mu Jin menutup panggilan teleponnya, Hera mendengus kesal. Koper cukup besar itu dibawa oleh Gi Cheol masuk ke dalam. Dua orang berbadan tegap sudah berdiri didepan pintu kamar Hera, dan seorang pelayan wanita tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...