"Seperti ribuan bintang di langit yang bersinar tanpa henti disaat malam tiba."
#
Leptop yang tampak usang itu mendadak meledak. Hera berlari keluar kamar sambil berteriak, menimbulkan keributan seluruh rumah berlantai marmer putih itu. Seorang pria botak mendekati Hera dan bertanya apa yang sedang terjadi.
Hera menunjuk leptop yang meledak dan mengeluarkan aroma terbakar yang sedikit menyengat. Pria itu mengambil leptop itu dan memasukkannya ke dalam box.
"Mau dibawa kemana?"
"Dibuang."
"Dibuang? Kau gila! Semua data kuliahku di dalam ini."
Hera mengambil box itu, wajahnya terlihat bingung dan panik. Ia menggigit kukunya berkali-kali, memikirkan cara bagaimana mengembalikan data-data penelitian dan tesisnya yang sudah separuh jalan.
"Kau tahu dimana bisa memperbaiki ini?"
"Aku kurang tahu." Ujar pria botak dengan hidung sedikit lebar itu.
Hera duduk di lantai sambil menatap leptopnya yang sudah menjadi bangkai.
"Aku akan mencari orang yang bisa memperbaikinya. Kau mau ikut?" Ujar pria botak itu lagi.
Hera mengangguk, lalu mengikuti pria itu mencari toko komputer untuk memperbaiki leptop tua itu.
Mereka sampai di sebuah toko dua lantai di daerah Mapo. Pria botak itu sedang sibuk mengobrol dengan pemilik toko, sedangkan Hera melihat-lihat leptop bekas yang terpajang di etalase.
"Mereka hanya bisa menyelamatkan sebagian data-datamu, tapi untuk memperbaiki total komputermu. Sepertinya akan sulit."
"Begitu?" Hera membuka m-banking di ponselnya. Tabungan yang tersisa tidak cukup untuk dia membeli leptop baru.
"Bagaimana?"
"Tidak apa-apa. Yang terpenting, masih ada data yang bisa diselamatkan."
Hera keluar dari toko itu, diikuti pria botak dibelakangnya.
"Kau haus?"
"Iya? Oh, iya."
Pria botak itu menjawab tidak yakin.
Hera mengajaknya pergi ke cafe yang pernah ia datangi bersama Choi Mu Jin.
"Minuman disini enak. Pesanlah. Aku yang bayar." Ujar Hera.
"Selamat datang...Oh! Kau yang bersama Choi Mu Jin waktu itu?"
Hera melepas senyum dan mengangguk canggung.
"Kau tidak datang bersamanya?"
"Dia sibuk bekerja."
Balas Hera tidak yakin, karena dia tidak tahu apa yang sedang dikerjakan pria itu setiap harinya.
"Merry mango satu, dan...Kau pesan apa?"
"Ice Latte." Jawab pria botak itu sigap.
"Dan Ice Latte."
Hera membayar minuman, lalu duduk didekat jendela yang menghadap jalan yang ramai.
Ha Joon masuk sambil membawa kantong berisi buah mangga. Ia menoleh ke arah Hera, gadis itu tampak tak perduli. Ia masih sibuk menyeruput minumannya.
"Dia datang bersama Choi Mu Jin?"
"Tidak. Kau pikir pria botak berhidung lebar itu Choi Mu Jin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...