"Tenggelam dalam pilihan yang diberikan rasi bintang di saat badai turun."#
"Tidak ada manusia yang merasa puas dengan apa yang sudah didapatkannya."
Mu Jin melempar sebuah foto dua orang yang ia kenal lama. Ia mengusap ibu jarinya perlahan, lalu menganggukkan kepala.
"Tae Joo, panggil Nona Kang."
"Baik."
Tae Joo keluar dari ruangan dengan banyak pajangan takana yang tampak mahal dan tajam. Hera berdiri didepan pintu itu sambil membawa beberapa gelas jus.
"Kalian sibuk?"
Tanyanya pada Tae Joo yang tampak kaget melihat Hera menggunakan gaun tidur berwarna cloud berdiri dilampu yang sedikit redup.
"Mm. Tidak." Jawabnya ragu.
"Kau mau jus? Aku membuatnya untuk semua orang dirumah ini."
"Hah?"
Hera menyodorkan segelas jus kiwi yang tampak segar.
"Bagus untuk menjaga tidurmu."
"Terima kasih."
Gadis itu melempar senyum, lalu masuk menghampiri Mu Jin. Pria itu berdiri sambil menghisap rokoknya yang masih baru. Ia menoleh ke arah Hera dan melepas senyum.
"Apa itu?"
"Jus kiwi. Bagus untuk menjaga tidurmu."
Mu Jin mematikan rokoknya, lalu duduk disebuah sofa menghadap dinding kaca yang terbuka lebar.
"Sepertinya, hampir seluruh dinding rumahmu terbuat dari kaca." Ujar Hera mengamati dinding yang agak lembab itu.
"Hampir 50% dinding dirumah ini, sengaja aku buat seperti itu."
Hera mengangguk lalu duduk disamping Mu Jin yang masih menggunakan kemeja dan pants yang sama ketika ia pakai tadi siang.
"Kau belum mandi?"
"Kenapa?"
Mu Jin mengerutkan dahinya, pria itu tersenyum jahil lalu meminum jusnya. Matanya masih menatap Hera dengan tatapan nakal.
"Apa-apaan."
Sungut Hera sedikit malu. Ia melihat ke arah foto itu.
"Siapa mereka?"
"Teman."
"Teman?"
Mu Jin mengangguk, ia membalikkan foto itu.
"Haaa. Kepalaku sakit sekali."
"Kenapa? Kau demam?"
Hera menyentuh kening Mu Jin, terasa sedikit panas. Tapi sedikit wajar karena Mu Jin baru selesai bekerja dan belum membersihkan badannya.
"Kau mau aku bawakan obat?"
Mu Jin menggeleng. Ia menyentuh tangan Hera, mengelus pundak tangan gadis itu pelan.
"Hera."
"Mm?"
Mu Jin mendekatkan wajahnya ke arah Hera, mata pria itu menatap wajah Hera lekat. Pipi Hera terasa gatal dan panas, ia mengedipkan matanya berkali-kali.
"Menikahlah denganku."
Hera menghela napas, mendorong tubuh Mu Jin pelan.
"Jangan bicara omong kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...