"Kembalinya seekor rusa yang terluka kepada mangsanya."
#
Tiket pesawat menuju Seoul itu sudah berada diatas meja hampir 1 jam. Hera memandangi tiket kelas bisnis itu dengan ketidakpastian di dalam hatinya.
Dering ponsel berbunyi, panggilan masuk dari Choi Mu Jin membuat jantung Hera berdetak tidak karuan.
"Halo."
"Kau sudah menerima tiketnya?"
"Sudah."
"Aku tidak memaksamu untuk pergi. Semua terserah padamu."
"Entahlah. Aku malah menjadi bingung."
"Kalau begitu. Jangan memaksa untuk lari dari masalah itu. Jika akhirnya, malah akan memberatkanu."
Hera diam. Pikirannya semakin kacau, hatinya sedang sulit untuk mengambil keputusan.
Tuk! Tuk!
Suara pintu kamar Hera memutuskan percakapan keduanya. Hera membuka pintu, seorang wanita yang ia sangat kenali berdiri dengan memasang wajah tidak menyenangkan.
"Mama."
"Dimana kamu menyimpan surat rumah?"
"Surat rumah? Untuk apa?"
"Mau Mama jual."
Hera memijat dahinya yang kembali sakit. Emosinya sudah tidak terkendali.
"Mama!"
"Kamu gak usah teriak-teriak. Hak Mama untuk jual rumah itu. Sekarang Mama tanya, dimana surat rumah?"
"Itu rumah peninggalan Papa satu-satunya. Rumah itu berharga untuk Papa, Ma."
"Kamu ngomong apa sih. Jangan buat Mama marah, Hera."
"Terserah! Aku gak bakal ngasih surat itu sama Mama!"
Hera menutup pintu kamarnya. Suara gedoran pintu berkali-kali terdengar.
"Hera! Buka pintunya! Hera!!",
Gadis itu mengusap wajahnya kesal. Ia tahu, sikap Mamanya akan membuat penghuni kost tidak nyaman.
"Hera!! Mama akan gedor pintu kamar kamu sampai kamu kasih surat itu pada Mama!"
Hera membuka laci tempat tidurnya, surat rumah yang ia simpan selama hampir 7 tahun itu terpaksa harus berpindah tangan.
Pintu kamar terbuka. Mama Hera masih berdiri dengan wajah marah.
"Mana suratnya!"
"Setelah Mama jual rumah itu. Mau Mama apakan uangnya?"
"Gak usah nanya-nanya. Sini mana suratnya!"
Hera memberikan surat rumah itu. Mama Hera melepas senyum bahagia, lalu pergi tanpa pamit ataupun meminta maaf atas keributan yang ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
أدب الهواةJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...