"Kembalinya rusa yang kehilangan arah..."
#
"Bisakah kau turun? Itu berbahaya!"
Mu Jin berjalan cepat menghampiri Hera yang memanjat pagar rumah untuk mengambil Ruby yang terjebak di atas.
"Ruby..."
Hera berjalan pelan, kakinya berusaha mengimbangi badannya yang terhuyung ke kiri dan kanan.
"Hera! Kau mendengarku?"
"Berisik sialan!"
Pekik Hera dengan wajah kesal ke arah Mu Jin, Ruby berjalan makin menjauh membuat Hera semakin kesal.
Mu Jin melepas suit-nya dan melemparnya ke tanah, lalu memanjat pagar itu cepat. Tae Joo berlari membawa anak tangga agar kedua orang itu bisa turun dengan mudah.
"Aku bilang turun."
Suara Mu Jin terdengar berat dan tegas. Wajahnya begitu serius menatap Hera, lengan gadis itu di cengkramnya kuat. Hera meringis sakit, lalu dengan cepat menyingkirkan tangan pria itu.
"Aah! Si anjing ini! Bikin kesal aja!"
Umpat Hera kesal. Pria itu tidak paham apa yang dikatakan Hera, karena gadis itu tidak berbicara bahasa Korea padanya.
"Kau tidak mendengarku? Kau bisa jatuh!"
"Ruby..."
Kucing itu semakin menjauh, Hera melangkahkan kakinya cepat. Pagar dengan tinggi 2 meter itu tidak membuat Hera takut.
"Dasar anak ini!"
Mu Jin menarik tubuh Hera, lalu menjatuhkan dirinya ke tanah sambil memeluk Hera erat. Suara dentuman sangat keras terdengar.
"Sajangnim!"
Tae Joo memeriksa lengan Mu Jin yang terlihat terkilir. Seorang pria botak menodongkan pistolnya ke arah Hera, namun di cegah oleh Gi Cheol cepat.
"Sajangnim. Kau tidak apa-apa?"
"Kau baik-baik saja?"
Mu Jin memeriksa Hera yang terduduk menatap Mu Jin kosong. Gadis itu menyentuh lengan Mu Jin pelan.
"Sepertinya lenganmu terluka parah."
"Ini bukan apa-apa."
Hera mengelap wajah Mu Jin yang basah dan kotor karena terjatuh di tanah.
"Pria bodoh."
Ujarnya lirih. Ia membantu Mu Jin berdiri dan membawanya masuk ke dalam rumah.
#
Lengan pria itu kembali di gips. Hera masuk ke dalam kamar setelah mendengar penjelasan dokter mengenai keadaan Mu Jin. Wajah gadis itu terlihat merasa bersalah dan takut.
"Maaf." Ujarnya pelan.
Mu Jin melepas senyum, ia mendekatkan duduknya ke arah Hera. Menarik kepala gadis itu pelan dan menyentuhkan dahinya.
"Hera...Tolong jangan keras kepala."
"Mm...Aku minta maaf atas sikap bodohku."
"Aku sangat marah sekarang."
"Apa kau tidak memaafkanku?"
"Aku tidak pantas menerima maaf darimu. Karena aku lebih banyak memberikan rasa sakit padamu."
Hera menjauhkan wajahnya, lalu mengusap pipi Mu Jin lembut.
"Kenapa...Setiap melihatmu, selalu datang rasa bahagia dan benci sekaligus."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BLOOMS IN YOUR EYES [ON GOING]
FanfictionJika mencintaimu merupakan suatu permainan yang berbahaya, maka biarkan aku masuk kedalam permainan tersebut. Biarkan takdir yang akan menentukan, apakah aku dapat menuju garis finish dengan banyak luka atau berhenti ditengah permainan karena kemati...